TANJUNG — “Saya dulu dipesani, pokoknya modalnya harus ada terus gitu na” “Pesan pelimpahan tanggungjawab dari tim CSR PT Adaro Indonesia kala memberikan modal usaha itulah yang tetap diingatnya. Mekipun 2 tahun telah berlalu, namun kalimat pesan itu masih terngiang-ngiang di telinganya.

Bagi masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Barito, budidaya ikan adalah tabungan yang dapat dipanen sewaktu-waktu ketika dibutuhkan, dan sajian spesial bagi tamu-tamu istimewa. Pakan ikan pun didapat dari sisa-sisa ikan tangkapan yang tidak laku dijual atau sisa-sisa makanan.
Ialah Manudi Noor, Ketua Kelompok Budidaya Ikan “Pantai Barito” di Kecamatan Kuripan, Kabupaten Batola. Pekerjaan utamanya memang hanya securiti PT Adaro Indonesia bagian jaga malam. Namun, pekerjaan sampingannya sebagai ketua kelompok budidaya ikan membuat dirinya diperhitungkan dalam pengembangan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Kelompok Pantai Barito dibentuk pada tanggal 16 April 2008, dan menerima bantuan modal usaha dari CSR PT Adaro Indonesia tahun 2009 sebesar Rp17.500.000. Pada awal dibentuk, jumlah anggota kelompok 8 orang, dengan 6 unit keramba. Ikan yang dibudidayakan pada awalnya adalah ikan Patin dan Nila. Pada tahun 2011, jumlah anggota kelompok berlipat menjadi 17 orang dengan jumlah keramba 10 unit, dan ikan yang dibudidayakan adalah ikan Nila (3.000 bibit) dan Toman (5.000 bibit).
Satu kelompok yang tak kalah suksesnya adalah kelompok budidaya ikan “Patinu Sidin” yang dibentuk pada tanggal 28 Mei 2008.
Kelompok budidaya ikan “Patinu Sidin” juga mendapatkan bantuan modal yang sama dari PT Adaro Indonesia, yaitu sebesar Rp 17.500.000. Pada awal dibentuk, jumlah anggota kelompoknya sebanyak 8 orang, dengan 8 unit keramba, dan ikan yang dibudidayakan adalah ikan Patin dan Nila. Di tahun 2011 lalu, jumlah anggota kelompok berlipat menjadi 17 orang, dengan 16 unit keramba, dan ikan yang dibudidayakan adalah ikan Toman sebanyak 8.000 ekor benih.
Manudi Noor sendiri mengaku budidaya ikan sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ayahnya sendiri juga membudidayakan ikan.
Sejak kecil, Mahnudi ikut membudidayakan ikan milik ayahnya. Awalnya usaha budidaya ikan hanya dilakukannya sendiri. Ketika panen raya, tetangganya banyak yang melihat. Lalu mereka sendiri yang menawarkan diri untuk bergabung dalam kelompok ikan. Mahnudin kemudian mengajukan bantuan modal kepada pemerintah untuk mengembangkan budidaya ikan.
Pemerintah mensyaratkan agar pengajuan modal usaha perikanan harus berbentuk kelompok dan sudah memiliki keramba.
Kelompok Mahnudin sudah memenuhi persyaratan tersebut. Untuk menghindari tumpang-tindih bantuan modal usaha, Pemerintah Kabupaten Barito Kuala melalui Dinas Perikanan dan Kelautan menghubungkan program CSR PT Adaro Indonesia dengan Kelompok Budidaya Ikan “Pantai Barito”.
Sebagaimana layaknya pengusaha, usaha perikanan Kelompok Budidaya “Pantai Barito” tidak berjalan mulus. Budidaya ikan pernah mengalami gangguan pada tahun 2009. Ketika itu banyak bibit ikan yang mati. Metro7/usy/tribunnews