Sosialisasi Kesehatan

TANJUNG — Sebanyak 80 orang petugas kesehatan yang berasal dari 16 Puskesmas se Kabupaten Tabalong terdiri dari Kepala Puskesmas, Koordinator petugas gizi, Koordinator petugas promosi kesehatan, Koordinator Bidan dan Bidan Puskesmas serta 2 orang TP PKK Kabupaten, 1 orang TP PKK Kecamatan dan 2 orang TP PKK desa, mengikuti kegiatan sosialisasi Pemanfaatan Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong di Gedung Pusat Informasi Tanjung, Senin (4/6/2012) tadi.
Sosialisasi itu dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong Dr H Syarifuddin Baseri SPOG. Dalam sambutannya ia berharap agar kegiatan itu dapat diikuti dengan baik, sehingga pengetahuan tentang manfaat penggunaan ASI yang baik dan benar bisa disosialisasikan terhadap ibu-ibu mulai  tingkat kabupaten, kecamatan hingga desa.
Sementara itu, dalam laporannya, Panitia Pelaksana Kepala Seksi Penyuluhan Kesehatan H Ahmad Rivai SKM MKes M.Si menjelaskan seputar dasar pelaksanaan. Di antaranya UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, PP No: 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan Permen Kesehatan No: 240 tahun 1985 tentang Pengganti Air Susu Ibu (PASI).
Pembangunan Kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional, diarahkan pada peningkatan kualitas SDM dan dilaksanakan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Disebutkan bahwa ASI adalah cairan tanpa tanding ciptaan Tuhan yang fungsinya untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam ASI berada pada tingkat terbaik. ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Karena itu, amat dianjurkan setiap ibu hanya memberikan ASI sampai berumur 6 bulan, sebab bayi berusia 6 bulan bayi tidak membutuhkan makanan dan minuman lain selain ASI.
Bahkan pada tahun 1999 ditemukan bukti bahwa pemberian makanan yang terlalu dini dapat memberikan efek negatif pada bayi, sehingga sejak itu UNICEF memberikan rekomendasi dengan menetapkan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, hal ini sesuai dengan anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Pada tahun 2004, pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan diatur dalam Kepmen Kesehatan RI No: 450/Menkes/SK/VI/2004 yang kemudian lebih dikuatkan lagi dengan PP RI No: 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia, tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI dalam 1 jam pertama dan hanya ada 8% bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan.
Banyak faktor yang menyebabkan penurunan pemberian atau penggunaan ASI. Di antaranya kecendrungan masyarakat untuk meniru sesuatu yang dianggapnya modern yang datang dari negara maju. Di kota, banyak ibu yang bekerja untuk membantu mencari nafkah sehingga tidak dapat menyusui bayinya dengan baik dan benar, dan tidak kalah pentingnya pengaruh dari iklan, di samping kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI.
Beberapa manfaat dan keuntungan bayi yang diberi ASI yaitu ASI mengandung nutrisi yang optimal dalam hal kualitas. ASI meningkatkan kesehatan bayi, kecerdasan bayi dan ASI meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak. Sedangkan kerugian bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif, antara lain adalah kemungkinan untuk menderita infeksi saluran pencernaan 17 kali lebih banyak, akan menderita infeksi saluran pernafasan 3 kali lebih parah, memiliki resiko 3 kali lebih besar menderita kesulitan bernafas karena alergi pada usia anak 6 tahun akan mempunyai IQ 5 point lebih rendah, 40% meningkatkan obesitas, meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, meningkatkan resiko kanker pada anak, serta meningkatkan terjadinya Sudden Infant Death Syndrome (SID), Sindrom kematian tiba-tiba pada bayi.
Pada kegiatan sosialisasi pemanfaatan penggunaan ASI itu, bertindak sebagai narasumber di samping dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong sendiri, juga didatangkan narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel. Metro7/Via