LAHAN PRIBADI – Badawani (tengah) dan M Jaya, wartawan Metro7 (kanan) berada di lahan pribadi tempat mengambil kayu untuk diolah. (jaya)
KETERSEDIAAN kayu untuk bahan bangunan khusus rumah warga semakin sulit didapatkan. Selain aturan ketat, juga banyak hutan yang dibabat sehingga menyulitkan pencarian kayu, sehingga masyarakat mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku membuat rumah.
Badawani pun berinisiatif membantu masyarakat dalam penyediaan kayu untuk material rumah warga. Sekretaris Desa Bambulung, Kecamatan Pematang Karau ini membuka usaha penjualan kayu berupa wantilan di depan rumahnya.
Dikatakan Badawani kepada Metro7, usaha itu baru berjalan dua bulan. Jenis kayu yang dijual meranti campuran. “Usaha ini baru saya buka sekitar dua bulan. Saya membuka usaha ini semata-mata untuk membantu masyarakat yang memerlukan kayu untuk membangun rumah. Sebab, saat ini ketersediaan kayu di pasaran agak susah didapat. Padahal masyarakat memerlukannya untuk membangun rumah,” kata Badawani.
Ketika ditanya asal kayu yang dijual tersebut, pria hitam manis ini mengakui kalau kayu yang dijualnya itu berasal dari kebunnya sendiri. Pohon di lahan miliknya ditebang karena telantar. Usai ditebang, lahan itu ditanami bibit karet agar dapat bermanfaat dan menghasilkan pendapatan. Sedangkan kayu yang ditebangi itu diolah dan dijual.
Bukan perkara mudah membuka usaha wantilan atau penjualan kayu, tapi perlu modal. Badawani memberanikan diri dengan cara “menggadaikan”Surat Keputusan (SK) PNS-nya di Bank Kalteng Ampah untuk mendapatkan kredit sebesar Rp64 juta dan dicicil selama 10 tahun.
Disebutkan pria berusia 44 tahun ini, sekarang aturan perkayuan sangat ketat, padahal warga membutuhkan bahan baku untuk membangun rumah, sehingga dampak dariperaturan sangat merasakan masyarakat bawah.
Wantilan milik Badawani ini sangat membantu masyarakat di wilayah Pematang Karau dan sekitarnya. Sebab, wantilan miliknya adalah satu-satunya di Pematang Karau dan cukup membantu masyarakat disana untuk memenuhi bahan baku kayu olahan.
Tidak semua jenis kayu itu bisa diolah kayu sesuai ukuran. Ada yang ukuranya pendek dan juga lengkung. Badawani berinisiatif memanfaatkan kayu ini untuk diolah kosen dan lain-lain.
Tentu saja pembuatan kosen ini menggunakan mesin ketam dan pemotong yang bunyinya keras. “Rencananya itu ada, tapi saya tidak ingin tetangga terganggu karena bunyi keras mesin pemotong kayu itu dan rencana ini saya urungkan,” ucap Badawani. Metro7/M Jaya