Rantau — Bupati Tapin Drs HM Arifin Arpan MM menghimbau warga Desa Hiyung dan Pandahan beralih dari mencari kayu galam menjadi petani cabai rawit hiyung. Selain bisa melestarikan keberadaan tanaman galam, menanam cabai juga bisa lebih meningkatkan perekonomian warga desa setempat.
Himbauan itu disampaikan bupati, belum lama tadi di Rantau. “Sejak dahulu hingga sekarang, warga Desa Pandahan dan Hiyung sudah dikenal sebagai pencari kayu  galam di desanya,” ujar bupati.
Lama kelamaan kata bupati, kayu galam yang ada di desa bakal berkurang dan habis. Apalagi kayu galam ini tidak bisa dibudidayakan alias tumbuh secara alami di hutan galam. “Dengan adanya cabai hiyung ini diharapkan warga desa bisa beralih menanam cabai hiyung di lahan kosong yang masih banyak terdapat di desa ini,” katanya.
Lahan kosong yang ada di desa ini, kata bupati, sangat cocok ditanami bibit cabai rawit hiyung.  Makanya cabai hiyung yang sudah dipatenkan menjadi tanaman cabai dari Tapin ini dikembangkan di desa ini. “Untuk membantu petani mengembangkan cabai hiyung ini pemerintah daerah sudah mengalokasikan dana khusus di dalam APBD Tapin 2013,” ujar bupati.
Pemerintah daerah tidak hanya menyuruh petani untuk beralih menanam cabai hiyung saja, tapi membantu memfasilitasi menyediakan bibit, pupuk, hingga pembuatan bedengan tanaman cabainya saja.
Artinya, tambah bupati, pemerintah daerah sangat serius berupaya membantu warga desa  untuk mengembangbiakan tanaman cabai Hiyung ini di dua desa tersebut. “Alhamdulillah warga di desa-desa ini menyambut baik rencana tersebut. Apalagi di desa ini sudah ada kelompok tani yang mengembangkannya,” tutur bupati.
Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Tapin tidak hanya mendorong petani untuk mengembangkan tanaman cabai hiyung saja, tapi juga melakukan pendampingan bagi petani. Mulai dari membuat bedengan, menanam, hingga memberikan pupuk, hingga melakukan pembasmian hama yang dapat mengganggu tumbuh kembang tanaman cabai.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapin H Masyraniansah. “Untuk tahun ini, kami membantu 25 orang anggota Kelompok Tani Saing Gawe untuk menanam cabai di lahan seluas 10 hektare . Rencananya tahun depan akan dikembangkan lagi seluas 78 hektare,” ujar H Uning.
Untuk pemasaran petani tidak usah khawatir, soalnya harga cabe hiyung ini kalau dijual di pasar Rantau saja sudah cukup tinggi dan laku dijual.   Pasalnya harga cabai ini lebih mahal dibandingkan cabai rawit lainnya, karena cabai ini banyak mempunyai keunggulan dibandingkan cabai lainnya.
“Selain rasa pedasnya yang jauh lebih pedas dari cabai biasa, cabai ini mampu bertahan hingga 5 hari lamanya, walau tidak dimasukkan dalam kulkas. Kelebihan cabai inilah yang membuat harganya lebih mahal dibandingkan cabai rawit lainnya,” terangnya. (Metro7/Fit)