PARINGIN – Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan menggelar kegiatan Advokasi dan Sosialisasi Program Eliminasi Filariasis Dalam rangka pemberian obat masal pencegahan ( POMP) Dilarisasi Kabupaten Balangan Kamis (11/9), di Aula Benteng Tundakan Kantor Bupati Balangan
Kegiatan tersebut dihadiri oleh asisten 1 Bidang pemerintahan, Rody Rahmadi noor, Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Balangan, Humam arifin, Tim ahli dan para narasumber dari subdit filariasis & kecacingan maupun dari Dinas kesehatan provinsi. Kegiatan tersebut diikuti oleh Kepala SKPD, Camat, Kepala Puskesmas se-Kabupaten Balangan , dokter Tenaga medis.
Sambutan Bupati Balangan H Sefek Effendie yang dibacakan Asisten 1 pemerintahan,Rody Rahmadi noor, menyampaikan Sejak berdirinya kabupaten balangan, pembangunan daerah diprioritaskan pada pengembangan kualitas sumber daya manusia, dengan pilihan jalur utama pada pembangunan pendidikan dan kesehatan.
“Apapun yang menghambat produktivitas warga, baik itu faktor kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan lain-lain, tentu ujung-ujungnya akan menghambat pengembangan kualitas SDM,”Katanya.
Salah satu tantangan yang di hadapi yakni kenyataan bahwa daerah balangan, balangan, merupakan salah satu daerah endemis filariasis atau penyakit kaki gajah.
Disampaikanya lagi, Tahun lalu dinas kesehatan kabupaten balangan bersama-sama dengan ditjen pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan, balai besar teknik penyehatan lingkungan & pengendalian penyakit banjarbaru, serta dinas kesehatan provinsi kalimantan selatan, melaksanakan survei darah jari sebanyak dua kali.
Pertama, pada bulan mei 2013 di desa auh dan desa sungsum, kecamatan tebing tinggi. Dan kedua, pada bulan september 2013 di tiga desa di kecamatan juai, yaitu desa hamarung, desa hukai dan desa gulinggang.
Survei di kecamatan tebing tinggi mendapatkan hasil negatif, yaitu tidak ditemui penderita atau pengidap filariasis. Sedangkan pada survei di kecamatan juai, hasilnya sangat memprihatinkan, yaitu didapatkannya angka micro-filaria sebesar 9,53%.
“Angka 9,53% ini dapat kita rasakan sangat tinggi jika kita bandingkan dengan angka standar untuk penetapan status sebagai daerah endemis filariasis, yaitu 1%. Belum lagi, rentang penderita atau pengidapnya yang didapat dari survei tersebut cukup beragam: dari usia produktif hingga lansia; dari profesi petani hingga guru; dari yang tidak sekolah sampai yang sarjana,”Terangnya

Bupati berharap, program eliminasi filariasis di kabupaten balangan, yang salah satunya wujud konkretnya adalah pemberitan obat massal pencegahan filariasis, dapat menekan angka micro-filaria hingga di bawah 1%, dan diteruskan lagi sampai benar-benar nol. (metro7/sri)