KOTABARU – Setelah beberapa bulan terakhir kemarau menimpa pada hampir seluruh wilayah Indoneisa, di Kabupaten kotabaru khususnya, masyarakat perkotaan sudah mulai diresahkan akan kekurangan air bersih guna keperluan rumah tangga.
Waduk Gunung Ulin, milik pemerintah  yang berdaya tampung 312 000 M3 air  sebagai sumber air warga perkotaan kabupaten  kotabaru pun, tak pelak, dalam musim kemarau  kini mengalami kekeringan, bahkan  mencapai hingga pada titik Nol, dan tak dapat mensuplay air lagi kepada warga sebagai pelanggan PDAM.
Sebanyak 10 000 pelanggan di wilayah perkotaan, 8000 di antaranya bergantung dari aliran waduk gunung ulin, dan kini terpaksa harus memenuhi kebutuhan airnya dengan membeli langsung dari penjaja air bersih keliling, ataupun armada tangki yang dikerahkan oleh PDAM.
Direktur PDAM Kotabaru, Zulkifli.AR,SE., MAP, kepada wartawan 14/10 menyatakan, “ untuk tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat, terkhusus pelanggan PDAM, kami saat ini mengerahkan 7 armada mobil tangki air keliling yang mengambil dari sumber air bersih di sarang tiung,  dan gunung sari,“ jelas Zulkifli.
Beberapa hari sebelum waduk gunung ulin benar-benar mengalami kekeringan  total, Zulkifli mengakui pihaknya telah menyampaikan pengumuman kepada warga perkotaan , agar dimaklumi dan ber siap tidak lagi bergantung pada aliran gunung ulin.
Sementara banyaknya pelanggan PDAM kotabaru, dijelaskan oleh Zul, tercatat 12 000 pelanggan pada hitungan seluruh wilayah kabupaten, 2000 di antaranya adalah pelanggan di luar pusat kota Kabupaten, yakni di beberapa kecamatan dengan sumber beberapa stake.
Akan halnya di dalam wilayah perkotaan, sebanyak 10 000 pelanggan, 8000 di antaranya bergantung dari waduk gunung ulin. Sementara yang 2000 nya, ber gantung dari sumber air lain seperti sumber air gunung sari, yang saat ini telah di buatkan instalasi refresentatif.
Sukmawati, adalah salah satu pelanggan PDAM di gang Teluk Bayur Kelurahan Baharu Selatan Kecamatan Pulau Laut Utara, mengaku sejak hampir 1 bulan terahir, leding Pdam ditempatnya tidak lagi mengalirkan air . Karenanya, untuk memenuhi kebutuhannya, setiap hari ia harus membeli air dari tetangga yang memiliki sumur bor,  dengan harga Rp 5 ribu/drumnya.
“Mau bagaimana lagi, walaupun air dari sumur bor yang dibeli tidak sebagus air leding PDAM, tetap saja kami harus membeli, sebab untuk keperluan sehari-hari dirumah sudah tidak di aliri lagi air dari pdam,” bebernya.
Lain lagi salah seorang pelanggan air bersih dari swadaya masyarakat di jalan salokayang, Bani, menyatakan, “ kalau di wilayah kami di salo kayang ini, Alhamdulillah, air bersih keperluan se hari-hari belum menjadi hal yang meresahkan, karena air swasta yang di kelola oleh Abah Udin  di sini, masih saja jalan, kendati tidak sederas ketika musim penghujan. Pelanggan abah udin pun termasuk kepala Dinas PU ( Bina Marga dan Sumber daya air ), Pak M. Ridwan, serta anggota dprd H. iid ( panggilan  H. Sahiduddin ),  tidak pernah terdengar mengeluh tentang kekurangan air pada musim kemarau ini,“ jelas Bani.
Sementara pengelola air swasta, Abah Udin, kepada wartawan menyatakan, “ sebenarnya pak, sumber air pada tempat kami membendung, airnya masih cukup memadai. Hanya saja, kondisi pipa yang kami pakai menjadi permasalahan, karena jenisnya adalah pipa yang murahan, sehingga gampang mengalami kerusakan. Kami mengharap, seandainya ada donatur yang dapat membantu kami dalam problema pipa ini, mungkin kelancaran air bersih warga bisa lebih baik lagi,“ harap abah Udin. (metro7/andi)