BATULICIN – Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu (Pemkab Tanbu) mengadakan Temu Tekhnis Penyuluh Pertanian, Jumat (14/10) bertempat di Balai BP4K Desa Segumbang Kecamatan Batulicin.
Kegiatan Temu Tehnis Penyuluh Pertanian di ikuti oleh Para Penyuluh se-Kecamatan Batulicin, Mantri Tani, Petani di Kecamatan Batulicin, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanpanak) Tanbu, Badan Penyuluh Pertanian Perkebunan Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Tanbu, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tanbu.
Kepala Distanpanak Tanbu Abdul Karim melalui Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura, Zainal Abidin mengatakan dilaksanakanya temu tekhnis penyuluh pertanian dalam rangka mendukung tercapainya percepatan peningkatan produksi padi di Kabupaten Tanah Bumbu.
Dikatakan Zainal Abidin, produksi padi di Tanbu sebanyak 3 sampai 4 ton/perhektarnya. Kedepan produksi padi tersebut diharapkan mampu mencapai angka 10 sampai 12 ton perhektarnya.
“Melalui kegiatan temu penyuluh ini, kita akan menambah pengetahuan dan wawasan para penyuluh pertanian di Kabupaten Tanah Bumbu dengan mendatangkan narasumber dari Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Kabupaten Banteang sendiri telah berhasil mempercepat produksi padi dari 4 ton perhektar menjadi 12 ton perhektarnya,” ujar Zainal Abidin.
Transfer ilmu ini sangat perlu untuk dilakukan mengingat kemajuan tekhnologi yang diterapkan Kabupaten Bantaeng mampu meningkatkan perekonomian masyarakat petani di daerah tersebut.
Berhasilnya meningkatkan produksi padi Kab. Bantaeng tak terlepas dari adanya dukungan pemerintah daerah dan para petani dengan melaksanakan gerakan sistem tanam legowo 2 1. Dengan sistem tanam legowo  dapat menghindari hama tanaman yang menjadi momok bagi para petani. Dan produksi pun meningkat.
Adapun beberapa keunggulan sistem tanam legowo 2 1 yakni jumlah anakan/rumpun tanaman akan bertambah sebanyak 30 persen, seluruh padi di pinggir sehingga penyinaran matahari menjadi optimal, sirkulasi udara akan lebih lancar dan optimal sehingga mengurangi resiko penyakit akibat jamur dan bakteri, mudah dalam pemeliharaan, mengendalikan hama tikus, serta meningkatkan produktifitas hasil panen hingga 7 sampai 15 persen.
Dikatakan Zainal Abidin, beberapa transfer ilmu yang ingin diketahui diantaranya  industry pengolahan hasil pertanian,  industry pengemasan hasil pertanian, produksi bibit benih serta mengatasi permasalahan kelangkaan pupuk dengan membangun gudang pupuk dengan memproduksi sendiri pupuk Slow Release Fertilizet (SRF) dan lainnya. (metro7/relhum)