MINIATUR rumah banjar bubungan tinggi dengan bahan utama terbuat dari potongan bambu nampak terpampang di sebuah meja. Sesekali, Loki Santoso (40), sang pemilik kerajinan bambu itu, nampak menyapu bagian atas miniatur tersebut yang dilihatnya berdebu.
Selain rumah banjar, di bagian dinding toko tempatnya ikut menjual hasil kerajinan itu juga terlihat beberapa bentuk yang lainnya.
Ada yang berupa lampu dinding, miniatur monumen Tanjung Puri atau dikenal juga dengan sebutan Tugu Obor dan kerajinan lainnya.
“Alhamdulillah diantaranya sudah ada yang laku terjual. Lampu dinding yang banyak,” ujar Loki sambil tersenyum saat ditemui di toko kerajinannya di kawasan Kuliner Tanjung Bersinar, Mabuun.
Diceritakan pria kelahiran 5 Oktober 1972, asal mulanya kerajinan bambu yang sekarang sudah bisa menghasilkan rupiah ini dibuat hanya untuk mengisi waktu luangnya.
Warga Desa Jaro kecamatan Jaro ini, melakukannya sejak September tadi dan itu dilakukannya dengan belajar secara otodidak dengan dasar dari kebisaannya menjadi tukang kayu.
Ketika itu dirinya prihatin melihat banyaknya tiang bambu yang tak terpakai lagi dan hanya dibakar begitu saja, bekas acara perkemahan di desanya.
“Nah disitu ide untu memanfaatkan timbul,  terus saya browsing di iternet,” katanya.
Setelah mulai mahir dan memiliki tambahan ilmu melalui browsing lewat internet, dirinya pun mulai menularkan kebisaannya ke lingkungan sekitar.
“Sasaran utamanya anak muda, baik yang masih sekolah ataupun putus sekolah,” ucapnya.
Ini supaya anak muda yang ada di sekitar tempat tinggal memiliki kegiatan positif dan juga ada bekal bisa membuat sebuah keterampilan.
Secara sukarela, Loki sedikit demi sedikit memberikan pelajaran membuat miniatur ataupun hiasan-hiasan yang terbuat dari bambu.
Latihan kerajinan ini pun dilakukannya di rumahnya sendiri, untuk bahan utama berupa bambu dicari di hutan dekat desa, sedangkan bahan pelengkap dibeli dengan koceknya sendiri.
Berjat latihan yang diberikan saat ini ada sekitar 4 orang anak muda yang sudah tergolong mahir, mereka ada yang bertugas meraut bambu, menganyam dan merakit.
Sedangkan untuk finishing dan mempernis kerajinan yang sudah terbentuk dilakukan secara bersama-sama.
“Kalau miniatur rumah banjar kita kerjakan dalam 15 hari, yang lainnya ada yang lebih cepat,” jelasnya.
Selain menyasar anak muda di desa, secara cuma-cuma dirinya juga mengajari murid MTsN Jaro yang mengikuti mata pelajaran keterampilan.
“Biasanya gurunya yang mengajak muridnya kerumahku. Hampir setiap hari satu kelas sesuai jam pelajaran ketrampilan, tidak ada biaya, mereka hanya menyiapkan bahan-bahannya saja,” katanya.
Dari hasil pelajaran yang diberikannya, biasanya tiga hari murid-murid sudah menguasainya, tinggal bagaimana anak-anaknya bisa berkreasi mengembangkan model yang akan dibuat.
Ini terbukti, di MTsN Jaro sudah banyak hasil kerajinan bambu yang tercipta dan ada yang menjadi pajangan di kelas.
“Jadi pada intinya saya hanya berupaya menciptakan kegiatan positif dan bermanfaat. Kalau ternyata ada uang yang datang karena kerajinannya dibeli, itu hanya bonusnya,” kata Loki.
Saat ini memang semua hasil kerajinan yang telah selesai dibuat menjadi salah satu produk yang dijual di toko souvenir milik kelompok sadar wisata yang menjadi binaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabalong.
Toko tersebut berada di lokasi Kuliner Tanjung Bersinar yang baru saja diresmikan dalam satu bulan terakhir ini. (metro7)