PARINGIN – Sembilan agenda prioritas yang lebih dikenal dengan program Nawacita merupakan bentuk program kerja dan komitmen pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla untuk membangun Indonesia.
Program Nawacita sendiri, digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Implementasi Nawacita ditingkat terkecil yakni, Desa diwujudkan lewat program dana desa yang dilaksanakan sejak tahun 2015 lalu tersebut merupakan poin ketiga dari Nawacita yakni, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Hasil program Nawacita tersebut, kini benar-benar sudah bisa dirasakan hingga kepelosok daerah termasuk di Desa Auh Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Balangan. Dimana warga desa tersebut bisa menikmati fasilitas air bersih berkat penggunaan Anggaran Dana Desa (ADD) yang mereka gunakan membangun fasilitas air bersih yang kini, sudah bisa dinimati oleh sebagian masyarakat desa tersebut.
Bukan hanya fasilitas air yang kini bisa dinikmati oleh warga Desa Auh, namun melalui Anggaran Dana Desa (ADD) yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) kini perekonomian warga makin meningkat, sebab banyak masyarakat yang sukses berkebun sayuran.
Kepala Desa Auh, Ahmad Effendie mengungkapkan, dari dana ADD tahun 2016 dan 2017 sebesar Rp 45 juta dan Rp 60 juta disisihkan untuk modal BUMDes yang diberi nama Gunung Agung Mandiri.
Lewat BUMDes inilah, kata Effendie, kini desanya menjadi salah satu sentra produksi Cabe jenis Tiung di Kecamatan Tebing Tinggi, padahal sebelum adanya BUMDes hanya satu warganya yang mengeluti bercocok tanaman sayuran.
“Alhamdulillah lewat BUMDes kini ada sekitar 42 warga Desa Auh yang berkebun sayuran dengan total luas areal sekitar 10 hektar. Bahkan dua bulan terakhir, para petani yang tergabung dalam BUMDes memanen Cabe sebanyak 5 ton,” bebernya.
Kedepan lanjut dia, keberadaan BUMDes ini akan semakin dimaksimalkan guna
menggerakkan perekonomian masyarakat desa lewat penambahan sector usahanya, namun tentu sector yang dipilih merupakan yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat.
“Kita berencana membuat usaha pembibitan Cabe dengan tujuan perekbunan Cabe semakin maju di Desa Auh dan bisa menjadi daerah sentra cabe di Balangan,” ungkapnya.
Terpisah Ketua BUMDesa Gunung Agung Mandiri, Marjian menjelaskan, jika keberadaan BUMDes selama ini sangat penting keberadaanya ditengah masyarakat. Karena selain bisa mengerakan perekonomian masyarakat lewat sector perkebunan, kini sebanyak 80 buah rumah telah bisa menikmati fasilitas air bersih.
Khusus layanan air bersih ini, menurut Marjian, baru dikelola oleh BUMDes awal tahun 2017 ini, dimana sebelumnya fasilitas yang merupakan bantuan pemerintah pusat sempat terbangkalai.
“Setelah kita kelola dengan mengunakan system meter sama persis denga PDAM namun dengan tarif jauh di Bawah, kini masyarakat yang terlanjur pakai PDAM pun minta dipasangkan. Namun saying, kapasitas yang ada hanya mampu melayani sekitar 80 buah rumah, kedepan kita akan berusaha menambah kapasitas yang ada, sehingga makin banyak masyarakat yang bisa terlayani,” bebernya.
Sebelum ada sarana ini, kata dia, masyarakat hanya mengandalkan sungai dan sumur sebagai sumber air dan sebagian kecil mengunakan PDAM bagi mareka yang terjangkau layanan PDAM dan mampu.
“Kini hanya dengan membayar sekitar Rp 20-30 ribu per bulan dan membuka kran di rumah masing-masing, masyarakat sudah bisa menikmati air bersih,” jelasnya.
Lebih jauh, dirinya mengatakan, untuk perkebunan sendiri kini ada 42 petani sayur yang modal berkebunnya dibiayai oleh BUMDes dengan system utang tanpa bunga.
Selain tanpa bunga, lanjut dia, pinjaman yang diberikan pun bukan dalam bentuk uang tunai, tapi berupa bibit, pupuk dan obat-obatan.
“selama ini tidak ada petani kita yang rugi, sekali panen hutang di BUMDes lansung bisa dilunasi. Bahkan kini, banyak kebun karet warga yang tidak digarap lagi sebab penghasilan dari berkebun sayuran sudah melebihi dari menyadap karet,” ungkapnya.
Berbeda dengan Desa Auh, Desa Lamida mengunakan sebagian Anggaran Dana Desa (ADD) nya untuk membeli alat music untuk sanggar kesenian yang ada di Desa tersebut.
Pembelian alat music untuk perlengkapan Sanggar Kesnian ini, menurut Sahridin yang merupakan Kepala Desa Balida, bagian upaya dalam membangun desa secara keseluruhan.
Keberadaan sanggar kesenian sendiri, menurut Sahridin, merupakan bagian dari pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa yang merupakan tujuan dari pengunaan ADD itu sendiri.
“Sanggar Kesenian ini buka sekedar wadah tempat masyarakat berkesenian, tapi keberadaannya juga bisa dijadikan media pembelajaran kearifan lokal dimasyarakat serta tidak menutup kemungkinan, sanggar ini dijadikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mendatangkan pemasukan lewat penampilannya diluar desa,” jelasnya.
Namun yang terpenting, lanjut Sahridin, penggunaan ADD sudah sesuai aturan dan keinginan masyarakat, dimana peran serta masyarakat dalam proses pembangunan desa melalui ADD adalah hal mutlak yang harus hadir.
“Dengan adanya program ADD ini, kita di desa bisa memaksimalkan pembangunan termasuk untuk pemberdayaan masyarakat, agar nantinya masyarakat desa bisa mandiri,” pungkasnya.