PARINGIN – Acara yang berlangsung di aula Benteng Tundakan, Sekretariat Daerah Kabupaten Balangan, Rabu (23/8/2017) ini, selain dibuka langsung oleh Bupati Balangan H Ansahruddin juga turut menghadirkan Empat pemateri sebagai narasumber, yakni Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kaban KesbangPol) Kabupaten Balangan, Hifnie Efendie; Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalsel Ir Hermansyah, Kepala BIN Kalsel, Brigjend TNI Cahyono dan Dandim 1001 Amuntai-Balangan, Letkol Arya Sangita Saleh
Bupati Balangan Ansharuddin mengapresiasi ajang diskusi karena konsep kebangsaan mesti dimiliki, dihayati, dan diamalkan dari individu.
Hal ini sangat penting, kata dia, sebab faham kebangsaan inilah yang mendasari orang untuk mencintai bangsa dan mencegah disintegrasi bangsa.
“Ibaratnya dasar akhlak dalam urusan kebangsaan ialah paham kebangsaan itu sendiri,” kata Ansharuddin.
Untuk itu, menurut Ansharuddin, pihaknya mendorong semua elemen masyarakat merawat keberagaman berdasarkan empat pilar yakni, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika demi mencegah konflik akibat radikalisme, terorisme, dan komunisme.
“Kita wajib terus mewaspadai radikalisme, terorisme, dan komunisme, agar ketiga hal mengerikan itu tidak tumbuh di daerah kita, bahkan tidak di negara kita,” tegasnya.
FKPT Kalsel, Ir Hermansyah, dalam meterinya meminta masyarakat lebih memupuk kepedulian atas kondisi sosial masyarakat. Sebab kata dia, dengan demikian masyarakat bisa mendeteksi secara dini jika ada kemungkinan faham radikal dan teroriame masuk ke lingkungannya.
“Kenali ciri ciri orang yang terkena paham radikal ini diantara mempubyai sifat fanatik dan intoleran dan terkadang merasa benar, ciri orang seperti ini patut diawasi dan faham radikal dapat dicegah agar tidak menyebar luas dimasyarakat,” ujar dia.
Selain itu, dirinya juga mengingatkan agar, jika tindakan teror (teroris) adalah tindakan yang memiliki akar keyakinan, doktrin dan ideologi yang dapat menyereang kesadaran masyarakat.
“Sedangkan radikalisme adalah embrio lahirnya terorisme, maka perlu langkah-langkah antisipasi sepertu menanamkan jiwa nasionalisme dan kecintaan terhadap NKRI, perkaya dengan wawasan Islam moderat, terbuka dan toleran, bentengi keyakinan diri, waspada terhadap provokasi, membangun jejaring dengan komunitas damai,” bebernya.
Sementara itu, Dandim 1001 Amuntai- Balangan, Letkol Arya Sangita Saleh, mengatakan, kondisi konsep kebebasan yang banyak dianut oleh generasi muda saat ini, cenderung melupakan akar budaya bangsa Indonesia.
Dia mencotohkan, masih banyaknya orang menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan. Atau dengan cara halus namun tidak gentle.
“Tawuran dari tingkat pelajar namun juga mahasiswa dan antar warga yang penyebabnya sepele ini membuktikan jika saat ini kebebasan yang banyak dianut lupa akan akar budaya,” bebernya.
Terlebih lanjut dia, kemajuan teknologi yang kian pesat justru sering disalahgunakan. Misal, media sosial dijadikan sarana untuk saling menjelekkan, saling menghujat, yang ujungnya bisa menyebabkan perkalahian dan sebagainya.
Untuk itu, laanjut dia, semua stekholder dan pemerintah daerah agar lebih gencar mensosialisasikan kebangsaan dengan menyesuaikan era generasi.
“Saat ini kita kebanyakan tertarik dengan kabar-kabar di media sosial dari pada kegiatan real di lapangan ini yang harus kita sesuaikan. Kita share informasi positif di media sosial. Saya rasa lebih efektif menangkal pemahaman negatif seperti faham radikal dan teroriame,” pungkasnya. (metro7/sugi)