METRO7.CO.ID, Tanjung- Untuk turut serta menggali, mengembangkan dan melestarikan seni budaya daerah Banjar, warga Kecamatan Banua Lawas bekerja sama dengan Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabalong menggelar acara bertajuk Kemilau Cahaya Badudus dan Babarasih Pusaka Urang Banjar Banua Lawas, di Halaman SDN 1 Pasar Arba, Minggu (1/10/2017).
Badudus atau ada juga menyebutnya Bapapai adalah salah satu tradisi masyarakat Banjar dalam bentuk ritual mandi (Bamandi-mandi) yang biasanya untuk mensucikan diri calon pengantin, pengobatan terhadap seseorang, dan juga saat hamil tujuh bulan (tian mandaring). Secara umum, makna ritual Badudus adalah pembersihan diri, baik lahir maupun batin.

Tradisi Badudus ini, bertujuan untuk membentengi diri dari berbagai masalah kejiwaan yang datang dari luar dan dalam diri seseorang.
Sedangkan Babarasih Pusaka ialah tradisi memandikan (Membersihkan red) benda pusaka yang oleh masyarakat Banjar sering dilakukan saat bulan Muharram kalender Islam (Hijriyah) dengan tata cara khusus.
Dalam acara Cahaya Badudus dan Babarasih Pusaka ini, diawali dengan membersihkan benda-benda pusaka yang berupa, Keris, Pisau, Kayu Ulin, Tombak, Guci, Payung serta benda benda sejenis lainnya yang kesemua benda tersebut, merupakan benda warisan yang sudah diwariskan secara turun-menurun.
Untuk pelaksanaannya sendiri, benda-benda pusaka tersebut direndam terlebih dahulu dengan air kelapa selama tiga hari tiga malam. Setelah itu, semua benda pusaka dimandikan (disiram) lagi dengan air hidup yakni, air sungai yang mengalir (air hidup).
Terakhir, benda pusaka ini harus dimandikan lagi oleh orang yang merupakan Juriat (Juru kunci) dengan tata cara dan rangkaian ritual berupa doa khusus.
Dalam acara ini, Juru kunci benda pusaka, Abi mengatakan, tradisi ini merupakan satu rangkaian kegiatan adat dalam pensucian atau pembersihan diri pada saat memasuki awal tahun baru Islam yang selama ini masih banyak dijalankan oleh masyarakat Banjar.
“Kegiatan ritual yang dilakukan ini erat hubungannya dengan diri kita sendiri. Yang pastinya untuk membersihan diri baik jiwa maupun raga supaya nantinya bersih secara keseluruhan, memiliki kepribadian yang bagus dan menjadi lebih baik kedepannya di tahun baru Islam ini,” ungkapnya.
Tradisi ini, lanjut dia, biasanya dikhususkan bagi orang yang sudah memiliki keturunan jadi bagi orang yang tidak mempunyai keturunan, ritual ini tidak perlu dilaksanakan.
“Ini karena keturunan orang yang mempunyai pusaka bisa terkena penyakit aneh atau kesurupan atau istilahya kena Pingit, jika pusakanya tidak dibarasihi. Tapi ini semua hanya tradisi jadi terserah kepada kita, untuk itu kita harus kembalikan lagi kepada Tuhan,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Tabalong yang diwakili oleh staf ahli bidang pembangunan Setda Tabalong H Aberani Abrar sangat mengapresiasi acara Badudus dan Babarasih Banda pusaka ini.
Kegiatan ini, menurut Bupati, merupakan prosesi bernuansa tradisonal religius yang merupakan bagian dari kebudayaan lokal yang harus terus dilestarikan keberadaannya.
“Untuk itu, tradisi yang merupakan salah satu kebudayaan asli Banua ini harus dipertahankan dan dikembangkan agar tidak punah akibat perkembangan zaman,” tegasnya.
Sebab menurut dia, di Banua Tabalong yang memiliki beraneka ragam suku, seni dan budaya merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
“Dengan adanya kegiatan salah satu tradisi kebudayaan ini, semoga dapat memotivasi diri kita untuk terus mempertahankan dan mengembangkan budaya asli kita semua. Agar nantinya para generasi muda tidak terbawa arus budaya global dan cenderung melupakan nilai-nilai sosial dan budaya daerahnya yang merupakan kearifan lokal,”tungkasnya.
Turut hadir dalam acara ini diantaranya, perwakilan Kesultanan Banjar, Nizam Razale, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalsel, Kabid Pariwisata Tabalong, Camat, tokoh masyarakat serta masyarakat sekitar. (Metro7)