METRO7.CO.ID, Paringin – Pemakaman Datu Kandang Haji di Desa Teluk Bayur, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan, Kamis (18/2) dipadati ribuan warga pada acara haulan tokoh penyebar syiar Islam tersebut.

Kegiatan haulan Datu Kandang Haji yang memiliki nama asli Datu Surya Sakti Mangkualam tersebut digelar setiap bulan Jumadil Awal dan rutin dilaksanakan setiap tahunnya.

Haulan Datu Kandang Haji selalu dipadati ribuan jemaah yang datang dari berbagai penjuru daerah. Kali ini pelaksanaan haulan Datu Kandang Haji dihadiri Bupati dan Wakil Bupati Balangan terpilih dalam Pilkasa serentak 2015 lalu, H Ansharuddin dan H Syaifullah beserta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, KH Asmuni atau lebih dikenal dengan sebutan Guru Danau dari Amuntai serta Habib Umar dari Bogor, yang Insya Allah akan menyampaikan tausyiah.

Mengawali prosisi haulan tokoh penyebar syiar Islam ini dimulai dengan pembayaan surah yasin dan pembacaan doa doa yang dipimpin KH Asmuni atau Guru Danau, didepan makam Datu Kandang Haji yang terlihat panjangnya hampir 10 meter dengan lebar 2,5 meter.

Kemudian dilanjutkan pembacaan manaqib Datu Kandang Haji oleh keturunannya disebutkan, bahwa pada zaman dahulu, ketika para penduduknya masih menganut agama Hindu. Hiduplah seseorang yang bernama Datu Surya Sakti Mangku Alam yang terkenal dengan sebutan Datu Kandang Haji bersama saudaranya dan 8 orang saudara sepupunya yaitu Datu Limpai Susu, Ayamah, Gragampa Alam, Surya Tadung Wani, Satia Karsa, Palumbaran, Tamiyang, dan Dayang Marak. Kehidupan mereka berjalan harmonis, hingga pada suatu hari terjadi perselisihan yang berakibat dikucilkannya Datu Kandang Haji.

Kejadian tersebut rupanya membawa berkah bagi Datu dengan mendapatkan hidayah dari Allah SWT untuk memeluk agama Islam. Datu Kandang Haji pergi ke Mekah guna menuntut ilmu. Selama tinggal di Makkah, diriwatkan bahwa Datu Surya Sakti Mangku Alam selain menuntut ilmu ke beberapa ulama yang terkenal pada zamannya sekaligus menunaikan ibadah haji setiap tahunnya, dan mendapatkan gelar dari salah seorang gurunya yakni gelar Datu Kandang Haji.

Sepulang dari Mekah, Datu terus pulang ke kampungnya untuk menyebarkan ilmu yang sudah didapatkan untuk mendakwahkan agama Islam di dataran tinggi Balangan sampai ke Tanah Luruh di sebelah utara. “Beliau tanpa pernah lelah dan selalu giat mendakwahkan agama,” kata Asmaran dalam membacakan manaqibnya.

Disebutkan juga dalam manaqibnya, tak seorang pun yang tau tanggal lahir dan wafatnya Datu Kandang Haji. Tapi bukti bisu banyak ditemukan, mulai dari kitab suci Al Quran yang ditulis tangan oleh Datu Kandang Haji, serta beberapa buah bangunan masjid yang pernah dibangunnya bersama warga masyarakat.

“Masjid Al-Mukarammah, Masjid Jannatul Ma’wa, dan Masjid Siraajul Huda yang tertua di Balangan, ini merupakan peninggalan Datu,” katanya sembari menambahkan diperkirakan usia Datu Kandang Haji lebih tua dari Datu Kalampain.

Bupati Balangan H Ansharuddin sebelum menyampaikan sambutannya terlebih dahulu memperkenalkan H Syaifullah sebagai Wakil Bupati Balangan.

“Kami berdua mengucapkan terima kasih kepada khususnya warga Balangan yang telah memilih kami menjadi Bupaati dan Wakil Bupati,” ujar Anshar.

Kemudian Ansharuddin mengatakan, haulan sudah hal biasa dilaksanakan oleh umat muslim di daerah kita, misalnya haulan orang tua kita maupun haulan keluarga lainnya, namun haulan kali ini menjadi berbeda karena yang kita hauli adalah Datu Kandang Haji, seorang menyebar agama islam yang pertama di wilayah Balangan

Menurut Anshar, kita patut menyadari dan senantiasa meneladani jejak langkah beliau dalam upaya meyebarkan agama islam yang menampilkan prilaku dan akhlak yang baik, maka itu melalui haulan ini para jaamaah yang berhadir harus dapat mengambil hikmah dan syuri teladan dari Datu Kandang Haji, yang nantinya mudah-mudahan dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Lebih jauh disampaikan orang nomor satu di Balangan yang juga pernah menjabat wakil bupati Balangan dua priode ini, bahwa Pemkab bekerjasama dengan panitia dan keturunan beliau akan terus mengagendakan haulan ini setiap tahun.

“Acara haulan ini selain manifestasi syiar agama islam juga wujud dari apresiasi pemerintah terhadap peninggalan sejarah islam,” demikian disampaikan H Ansharuddin..

Sementara, Habib Umar dari Bogor dalam tausyiahnya mengatakan bahwa jamaah yang berhadir dalam haulan ini patut bersyukur. Sekarang ini kita banyak kehilangan pemimpin umat (para ulama,red) untuk menuju ke jalan keridhaan Allah SWT. “Untuk itu bersyukurlah kalian masih memiliki tuan guru yang masih bisa dijadikan panutan hidup,” ujar Habib Umar. (Metro7/relis)