METRO7.CO.ID, Martapura — Padatnya kegiatan setiap hari tidak masalah. Danrem 101/Antasari Kolonel Inf Yudianto Putrajaya masih bisa menyempatkan diri untuk berkunjung ke kediaman salah satu pengrajin kopi tradisional di Jalan Pasar Jati, Simpang Ragen, Astambul, Martapura, Kabupaten Banjar, Selasa (10/7/2018).

Abdullah (60), seorang pengrajin kopi olahan ini nampak senang ketika menerima kedatangan orang nomor satu di Korem 101/Antasari ini.

Iapun bercerita panjang lebar tentang sejarah kopi di daerah Martapura hingga sampai saat ini.

“Sekitar tahun 1970-an penduduk di daerah Pangaron Martapura banyak yang berkebun kopi sehingga diipasaran kopi dan pengilingan kopi teradisional berkembang sangat pesat,” katanya.

Pada jaman itu lanjut Abdullah hampir semua pabrik penggilingan kopi mendapat bantuan dari pemerintah. Sehingga Martapura khususnya Kalimantan Selatan terkenal dengan kopi Banua.

“Namun semua itu berubah ketika pada tahun 1980-an masuk perkebunan Cengkeh dan penduduk pengaron Martapura beralih ke perkebunan Cengkeh karena masa itu harga Cengkeh cukup mahal,” kenangnya.

Hingga pada tahun sekitar 1985 penduduk beralih ke perkebunan karet sampai saat ini dikarenakan harga cengkeh menurun.

“Untuk pengolahan kopi tradisional saat ini tidak ada lagi, hanya kami satu satunya yg masih bertahan sementara persediaan bahan kopinya sangat terbatas,” keluh Abdullah.

Tanpa sungkan-sunkan, Abdullah meminta petunjuk dan arahan dari Danrem untuk membantu agar pengolahan kopi Banua Banjar bisa kembali jaya dipasaran seperti jaman dulu.

“Kebangaan bagi kami atas kunjungan dan perhatian yang besar bapak Danrem 101/Antasari untuk memajukan kopi Banua disini, mudahan atas bantuan beliau melalui koperasi Korem usaha masyarakat kecil semakin maju dan berkembang,” harap Abdullah. (Metro7/sari)