Oleh : Makhlian, S.Ap, Ma
A.Topografi
Potensi gunung Sialing memang menyimpan sejumlah harapan, panorama indah dengan berbagai kekayaan alam yang tersimpan di perut buminya merupakan harta karun yang melimpah secara topografi kawasan tanah di area Sialing memang berindikasi signifikan. Adanya sedimen dan metamorf batuan yang mengandung biji besi, granit, emas, kapur, semen, batu bara, timah, marmer, kuarsit, kuarsa, diorite dan rijing.
Selain gunung yang menjadi tempat merekatnya batuan tersebut, areal lahan di kawasan gunung juga tumbuh tanaman herbalit termasuk tanaman keras seperti ulin, meranti, bengkirai, anglai, balik angina, balangiran, Palawan, karet, kaminting, pampakin, durian, kapul, tiwadak, langsat, ramania, tarap, pitanak, binjai, hambawang, limpaso, kopi, kelapa dan tandui. Tanaman lunak juga menghiasi ragam perkebunan di sekitar kawasan gunung ini, seperti pisang, dan tanaman sayuran lainnya.
Dari kejauhan memandang gunung Sialing adalah bukit yang tumbuh manunggal arah mana saja kita melihatnya. Meski sebenarnya dari dekat terlihat 3 gunung yang menonjol. Gunung Sialing sendiri, Munjoyo, dan Suwoyo yang ada sungainya namun kering di musim kemarau. Dari 25 buah gunung yang ada di Tabalong hanya gunung Sialing ini yang terpisah dari induknya yakni pegunungan Meratus. Ia tumbuh sendirian menjulang dengan ketinggian 400 meter diatas permukaan laut dan terpisah dari kerabatnya atau induknya Meratus sejauh 30 km.
Di sepanjang 4 km sebelum tiba di lokasi Sialing kita berangsur turun seakan memasuki kawah hingga ke kaki Sialing yang makin menampakan raut wajahnya yang semakin menawan. Baik memasuki lewat sebelah barat atau sebelah timur.
Kehidupan margasatwa di habitat Sialing terkadang masih terlihat berkeliaran seperti bangkui, wawa, beruang, babi, ular, kijang, pelanduk dan burung wallet.
B.Geografi danPerhubungan
Kawasan gunung Sialing sebelah utara berbatasan dengan desa Bijai, Nyali dan Muara Uya. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Hayup/PT Astra-Haruai. Sebelah Timur dengan desa Uwie Muara Uya dan sebelah barat dengan desa Trantarip kampung kecamatan Bintang Ara, jarak lokasi gunung Sialing ke ibukota Tabalong adalah 41 km atau dari ibukota kecamatan Haruai ke lokasi gunung Sialing hanya sejauh 16 km. Dengan akses jalan ke lokasi cukup lancar beraspal dan 6 km belum beraspal dengan melewati 2 buah desa yakni desa Hayup dan desa Danau.

C. Sejarah Sialing, Historia Perjuangan dan Situs
Sejak zaman Belanda zona area kaya ini adalah wilayah distrik Haruai yang administrasinya digeografisir sepihak oleh Belanda melalui usaha perkebunan karet (cream rubber) yang ada di Hayup. Sebagai perusahaan karet terbesar di Kalimantan waktu itu produksinya dinahkodai seorang Direktur Belanda bernama Van Setraten. Disebabkan banyaknya pemberontakan terhadap Belanda di wilayah Tabalong dibawah pimpinan Hasjim Asnawi atau lebih dikenal di zona gerilya dengan sebutan Kapten Martinus seorang putra kelahiran desa Nawin.
Peristiwa serangan umum terhadap pos-pos Belanda di kota Haruai terjadi pada tgl 1 Januari 1949 dan pembakaran gudang logistic sembako di Hayup dan Mahe juga dimotori oleh Kapten Martinus, Usman Dundrung, Ali Kurdi, Sahri, Aspul, Baderi, H.Anang Acil, Hami, Utuh Juhri, Sahdan, Ramli, Arsyad,Tamberin, Jabik, Amidan, Arif, Darham dan Zuairin sang penurun/pengganti bendera Belanda yang berkibar di pos pengawasan Belanda di Haruai.
Lokasi gunung Sialing inilah pada siang hari dijadikan pasukan gerilya untuk mengamankan diri dari DPO/wanted tentara Belanda. Mereka tidak menduga bahwa gunung Sialing ini menjadi tempat persembunyian pasukan gerilya. Pada zaman Belanda di area gunung ini, entah apa rahasianya sehingga tidak terlihat oleh pasukan Belanda sebagai tempat persembunyian. Oleh karena tidak terlihat inilah kemudian gunung itu mereka sebut “Sealing Mountain” dalam bahasa Inggris atau Belanda, atau gunung penyekat/lakery dalam bahasa Indonesia. Namun bagi orang-orang pribumi yang pada waktu itu menjadi pembantu dan bekerjasama dengan pihak Belanda dan berusaha mencari tahu tentang rahasia persembunyian tentara gerilya, maka mereka akan mengalami nasib sial, sehingga tersesat berhari-hari berkeliling di area gunung tersebut. Sial dengan berkeliling berhari-hari itulah orang-orang kita menyebutnya “Sialing” karena kualat bermaksud mengkhianati bangsa sendiri, bangsa
Indonesia. Dalam masa serangan umum terhadap pos dan markas Belanda selama 3 hari itulah Tuan Van Setraten dan kawan-kawannya mengamankan diri lari ke Amuntai, sebab di kota Tanjung juga terjadi serangan besar-besaran terhadap pos-pos Belanda di pasar Tanjung (sekarang ex kantor KPU dan Rumah Bersalin Uma Iyah).
Serangan tersebut juga oleh pasukan Martinus, H.As’at, H.Idar, H.Majedi Effendi, Ahmad Saleh, Andin Asnawi Noor, Saman Rahuk, Ibak Makmur dibantu oleh pasukan dari Kelua dan Banua lawas yang bergabung menyerbu kota Tanjung. Hal tersebut terjadi pada hari Senin tanggal 3, dan hari Jum’at tanggal 7 Januari 1949. Untuk mengenang peristiwa tersebut telah dibangun monument sejarah yang kini berdiri tepat di Simpang Empat Tepian Tanjung jalan Pahlawan Tanjung Kota dimana di lokasi tersebut menjadi saksi banyaknya para pejuang gerilya kita mati sahid di lokasi itu karena berondongan senjata membabi bita kea rah persembunyian pejuang gerilya yang bersiap akan menyerang tentara Belanda pada malam hari dan sebelum serangan maut itu dilancarkan mereka sementara bersembunyi di padang Rumbia lebat saat itu.
Serangan tiba-tiba pihak Belanda itu, konon karena adanya bocoran informasi yang diperoleh pihak pengkhianat yang bekerja dengan pihak Belanda. Pak Djamhari dari Hayup selaku petugas PMI dari Rumah Sakit Tanjung, robek pantatnya karena tebasan parang pejuang gerilya ketika beliau mengevakuasi korban-korban tembakan Belanda di zona serangan di padang Rumbia lebat itu, pak Djamhari terkena sabetan parang pejuang yang belum mati meski akhirnya pejuang tersebut benar-benar mati sebagai syuhada karena luka dan lebih dari 24 jam terendam air di padang rumbia. Peristiwa tersebut adalah bagian dari peristiwa Divisi IV ALRI Kalimantan yang terjadi di kota Tanjung tahun 1949.
Karena adanya pemberontakan gerombolan atau dicap sebagai ektrimis di beberapa wilayah di Indonesia dan dunia usaha yang dikelola Belanda (cream rubber) dalam kondisi penuh gejolak, akhirnya perusahaan tersebut pada tahun 1956 oleh Belanda dijual dengan PT Firma Setuju Banjarmasin Asuhan Haji Iman. Kemudian H.Iman bangkrut dijual dengan PT Swarga salah seorang tokoh terkaya di Haruai.
Entah apa sebabnya perkebunan karet terluas di Kalimantan milik warga yang memiliki luas 700 ribu Ha dengan hasil 2 ton setengah per hari tersebut akhirnya dijual dengan PT Astra Argo Lestari. Sekarang tanaman karet seluas itu oleh PT Astra Argo Lestari Tbk telah berganti jenis dengan tanaman sawit?
Penulis : pada kawasan gunung Sialing ini sudah 4 kali melakukan ekspedisi pendakian ke puncak Sialing bersama tim Dinsosbudpar, kepala dan aparat desa Nawin. Pada beberapa goa yang terdapat di area/mulut gua Munjoyo dengan tinggi kurang lebih 15 meter dari dasar tanah, diduga bahwa dengan ditemukannya sebuah body perahu atau jukung yang sudah pecah/belah ditambah adanya kerangka tulang belulang dan body kuburan bersama batuan di dalam gua besar dan layak dihuni oleh manusia parasejarah masa Mesolitik sampai Neolitik.
Indikasi ini positif menjadi wilayah situs arkeologis yang perlu penelitian lebih mendalam. Kabupaten Tabalong dalam hal kehidupan manusia prasejarah sudah pernah dilakukan penelitian melalui arkeologi Banjarmasin, Bapak DR.Harry Widiyanto, dan kawan-kawan, hasilnya positif bahwa 5.000 tahun lalu terdapat kehidupan manusia prasejarah berciri ras Australomelanesid pada area situs gunung Gua Batu Babi dan Gua Tengkorak di wilayah Tempirak dan Lano. (Narasumber adalah dosen pada STIA Tabalong. Naskah ini telah dibacakan sebagai naskah selayang pandang pada acara kunjungan kerja Bupati Tabalong yang sekaligus membuka Taman Wisata Gunung Sialing pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014). **