Rusian Noor, S.sos,
Ketua LPSE Kotabaru
KOTABARU – Sistem pelelangan proyek pembangunan pemerintah dengan LPSE ( Layanan Pelelangan secara Elektronik ), dewasa ini masih sering menjadi keluhan bagi kontraktor Kotabaru, karena di anggap masih mempersulit sistem kerja mereka.
Salah seorang kontraktor yang enggan di sebut namanya menyatakan kepada wartawan koran ini pekan lalu bahwa, penawaran dia terkadang tertinggal karena waktu pembukaan lelang keburu habis, sementara ia mengaku telah melakukan pengiriman agak awal, namun kesulitan karena seringnya terjadi gangguan jaringan.
 Rusian Noor, S.sos, Ketua LPSE Kotabaru, ketika di temui di ruangannya menjelaskan, sebenarnya kesulitan seperti itu akan ditemui apabila memakai jaringan lemah ( band with lemah-red ), seperti paket internet, layaknya yang di pakai anak-anak dalam mengakses black barry, atau akses internet lemah lainnya.
 Lalu, ada kebiasaan pada pola kerja pada masyarakat yang selalu menyelesaikan pekerjaan di saat – saat ahir, atau penghujung waktu yang di tentukan Sehingga, secara otomatis, jaringan yang hanya satu pintu pada saat itu, dengan sendirinya mengalami kesibukan yang tinggi, sehingga, bagi yang memiliki band with besar ( jaringan kuat-red ), tentunya lebih dahulu masuk. Sementara bagi yang memiliki band with lemah, akan mengalami loading panjang.
 “Saya fikir, letak permasalahannya di situ, sehingga sering terjadi ada penawaran yang tidak sempat masuk diterima oleh LPSE hingga batas waktu yang di tentukan. Bahkan, kiriman penawarannya baru masuk ketika waktu telah habis. Itu di karenakan  tujuannya sudah tidak sibuk lagi. Namun jika sudah demikian, kami selaku petugas, tidak mungkin bisa mentolerirnya. Karena jika itu dilakukan, kami akan menuai protes  dari penawar lain, dan jelas itu melanggar aturan “. tutur Rusian.
 “ Kalau untuk pekerjaan serius seperti itu, ( ikut lelang-red), harusnya juga para penawar lelang secara serius menggunakan jaringan yang kuat, agar tidak terkendala dalam pengiriman penawaran. Kami di LPSE Kotabaru, memang memakai Band with yang besar, yakni 40 000 MPPS, karena kami tidak mau terganggu dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan band with sebesar itu, Alhamdulillah, pada saat kami meng akses internet, tidak terjadi loading yang mengharuskan kami menunggu bahkan sedetikpun. Tentunya dengan memakai kekuatan jaringan seperti itu, pemerintah harus mengeluarkan biaya Rp. 15 juta per bulannya   berlangganan dengan telkom “, tutur Rusian lagi.
 Sementara pada pelaksanaan lelang Proyek pembangunan pemerintah unttuk f lock/lelang yang jumlahnya 600 paket pada APBD TA 2014 ini, Rusian menjelaskan telah mencapai diatas 40%, lebih, yakni sebanyak 253 paket. Sedangkan selebihnya masih dalam proses. Kendati dijelaskan bahwa untuk keseluruhan proyek yang di anggarkan oleh APBD TA 2014 sebesar 1,5 trilyun, sebanyak kurang lebih 2000 proyek yang terbagi di berbagai sektor atau SKPD, termasuk sekian banyak SPK. (Metro7/Andi)