PARINGIN –  Bangunan Kantor yang dulunya bekas Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor (RPPTE) yang berda di samping Polsek Awayan ini menjadi buah bibir warga sekitarnya.
Persoalannya, gedung ruang merupakan Proyek Perkebunan ini kondisinya rusak karena tidak terawat dan tak terpakai. Namun yang anehnya disekeliling bangunan tebengkalai ini dibangunkan pagar beton permanen yang baru saja selesai dibangun oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Balangan beberapa waktu lalu.
 Ahmadin salah seorang warga sekitar gedung tersebut mengatakan, pembangunan pagar itu dinilai tidak tepat karena menurut dirinya, pembangunan pagar dibanguanan yang tak terpakai itu tidak memberikan memfaat.
 “Bangunan didalamnya rusak dan tidak dipakai, masa pagarnya dibangun, kokoh lagi,” imbuhnya.
 Pria yang bekerja sehari-hari sebagai petani karet ini mengeluhkan masih banyak program yang bisa dijalankan untuk membantu mensejahterakan masyarakat, seperti halnya meningkatkan harga karet yang selama ini harganya anjlok.
 “Daripada uangnya mubajir digunakan untuk pembangunan yang tidak memiliki manfaat, lebih baik digunakan untuk menaikkan harga karet yang murah,”keluhnya.
 Dijelaskannya pembangunan pagar ini, adalah salah satu bukti tidak pekanya pemerintah terhadap kondisi masyarakat saat ini yang memerlukan bantuan pemerintah untuk keluar dari keterpurukan ekonomi akibat harga karet yang saat ini masih rendah. Seharusnya pembangunan fisik yang dinilai tidak memberikan manfaat bisa ditunda, dan lebih memprioritaskan program-progam yang bersentuhan langsung kepada masyarakat.
 “Saya berharap, pemerintah bisa memilihlah dalam mendirikan bangunan, mana yang memang harus di dahulukan, dan mana yang dikesampingkan. Jangan sampai seperti kantor ini, kantornya hancur-hancuran, pagarnya bagus dan kokoh, kata orang banjar, Ganal tali pada hadangannya,” pungkasnya.
 Dilain pihak, Kepala Dishutbun Balangan Haryono saat ingin diminta keterangannya terkait masalah pembangunan pagar yang menjadi buah bibir warga sekitarnya, belum bisa memberikan keterangan, karena saat Metro 7  mendatangi tempat kerjanya, yang bersangkutan tidak berada dikantor.
 “Esok saya ada dikantor, ini lagi mendampingi petugas dari provinsi  di lapangan,” ujar Haryono via SMS, Selasa (4/10) kemarin.
 Dari pantauan Metro 7  dilapangan, kantor bekas PRPTE proyek perkebunan tahun 1982 yang letaknya tepat berada di tengah komplek perkantoran Kecamatan Awayan ini kondisinya sangat memprihatinkan karena banyak bagiannya yang lapuk dan rusak, atapnya pun hampir ambruk. (metro7/wnd)