Oleh :  Muhammad Hidayanto
Di penghujung tahun 2012, kontroversi nikah siri Bupati Aceng Fikri menjadi topik utama di media massa. Bahkan kasus ini sempat meraih perhatian beberapa media Internasional. Gejolak demonstrasi menuntut Aceng mundur dari jabatannya sebagai Bupati Garut terus digulirkan.
Kendati demikian, pendukung Aceng tidak tinggal diam dan melakukan demo tandingan untuk tetap mempertahankan Aceng M Fikri sebagai Bupati Garut. Puncaknya ketika DPRD Garut bersidang untuk memutuskan pemakzulan Aceng Fikri. Sidang itu pun berlanjut selama dua hari. Hari pertama (19/12/2012) sidang itu ricuh, karena DPRD belum mengambil keputusan. Massa bergerak masuk kantor DPRD dan meminta Anggota DPRD untuk mengambil keputusan segera mungkin. Tetapi, ketua DPRD Garut, Ahmad Badjuri tetap bersikeras untuk melanjutkan sidang pada hari jumat nanti. Di hari kedua (20/12/2012) sidang itu dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Kericuhan tidak lagi terjadi di dalam gedung DPRD Garut melainkan di luar gedung. Para demonstran  terbagi dua, yakni pendukung Aceng untuk tetap jadi bupati, dan yang mengingikan Aceng untuk mundur dari jabatannya. Keduanya dipisahkan oleh barisan kepolisian. Meskipun begitu, massa tetap ricuh dan suasana di depan gedung DPRD Garut menjadi mencekam. Suasana kembali meredam setelah DPRD ketuk palu dan memutuskan Aceng bersalah. Saat ini, warga Garut menunggu hasil dari Mahkamah Agung yang nanti akan diserahkan kembali kepada DPRD Garut untuk pemberhentian Aceng Fikri dari jabatannya sebagai Bupati Garut. Kontroversi nikah siri Bupati Garut pun meredup setelah DPRD memutuskan bersalah.
Berlanjut dipermulaan tahun 2013 , setelah kemeriahan perayaan tahun baru. Media kembali disuguhkan dengan kasus kecelakaan di tol jogorawi yang menghilangkan dua nyawa. Kasus kecelakaan ini berbeda dengan kasus-kasus sebelumnya. Meskipun menelan korban, kasus Afriyani memang sempat menjadi kontroversi tetapi masih kalah menariknya dengan kasus di tol jogorawi. Pasalnya, kasus ini melibatkan anak seorang menteri yang juga besan Presiden SBY. Muhammad Raysid Amrullah, putra bungsu Hatta Rajasa yang menjadi tersangka dalam kasus kecelakaan di tol jogorawi. Keistimewaan kasus ini dibandingkan kasus-kasus sebelumnya dikarenakkan penanganan kasus ini yang dinilai lamban dan dirahasiakan. Keberadaan Rasyid pun pasca kejadian sempat simpang siur. Lazimnya, korban kecelakaan yang juga dijadikan sebagai tersangka perawatannya  dilakukan di rumah sakit Polri. Walaupun penanganan pertamanya mungkin ditangani oleh rumah sakit lain, tetapi sesudah itu akan dirujuk ke rumah sakit Polri. Apalagi setelah dijadikan tersangka. Namun hal ini tidak berlaku untuk Rasyid, putra bungsu Hatta Rajasa. Sampai saat ini, Rasyid masih berada di rumah sakit pertamina dan belum diizinkan oleh tim dokter yang menanganinya karena keadaan Rasyid yang masih belum memungkinkan untuk menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya.
Belum sepekan kasus kecelakaan yang menimpa anak Hatta Rajasa, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat menghebohkan pemberitaan di media terkait blusukannya yang dilakukan secara tiba-tiba. Seolah pemberitaan ini ingin mengalihkan perhatian publik terhadap kasus yang menimpa anak Hatta Rajasa yang juga merupakan besannya. Tidak pada biasanya, SBY berkunjung ke daerah secara tiba-tiba tanpa pengawalan dan aturan protokoler yang ketat dan kaku itu. Kunjungan ini pun menjadi kontroversi. Publik menilai kunjungan itu meniru blusukan Jokowi. Tetapi, istana menapik kalau kunjungan itu sudah sering dilakukan SBY pada tahun-tahun sebelumnya. Ternyata Istana geram karena kunjungan SBY itu dibandingkan dengan blusukan Jokowi. Tidak menerima disamakan, Istana menyebut kunjungan itu Turba bukan blusukan.
Setelah publik dibuat tertawa gelih karena kegalauan Istana yang disama-samakan dengan Jokowi, Dahlan Iskan kembali berulah. Kali ini bukan karena Dahlan mangkir dari panggilan Komisi III DPR, atau kembali meneror anggota DPR yang sempat memeras perusahaan BUMN. Tetapi, Dahlan Iskan harus menabrakkan mobil listrik ferari “Tuxuci”nya ke tebing dan tiang listrik di Magetan. Loh, kog bisa? Ferari “Tuxuci” Dahlan Iskan yang saat itu sedang melakukan uji coba dari Solo ke Magetan, ternyata rem mobilnya tidak berfungsi. Alhasil, mobil pak Dahlan rusak parah dan beruntung tidak menyertai pak Dahlan. Beberapa dugaan pun mencuat. Ada yang mengatakan karena mobil itu diruwet yang dimandikan dengan air kembang. Ada juga yang mengatakan karena dosa pak Dahlan pada Anggota DPR. Ada yang tetap memuji pak Dahlan. Dan bahkan ada yang mencibir pak Dahlan. Tetapi pak Dahlan tetap tegar. Beliau bersyukur karena kecelakaannya itu tidak menyebabkan orang lain celaka. (sumber : kompasiana)