Pada suatu hari ketika, ‘Uzair memasuki kebunnya yang menghijau dengan pohon-pohon tamar dan tiba-tiba hatinya telah terpesona serta tertarik untuk memikirkan rahasia keindahan dan keajaiban alam ini. Sesudah memetik buah-buahan dia pulang dengan keledai. Tanoa disadari, keledai yang ditungganginya tersesat jalan. Setelah sekian lama barulah dia tahu telah berada di suatu daerah yang tidak dikenali serta jauh dari negerinya sendiri.
Dilihatnya kampung itu baru saja diserbu musuh sehingga porak poranda. Di bekas runtuhan itu mayat-mayat yang sudah busuk dan serta hancur bergelimpangan. Melihatkan pemandangan yang mengerikan itu, ‘Uzair pun turun dari keledainya dengan membawa dua keranjang buah-buahan. Dia pun duduk bersandar pada dinding sebuah rumah yang sudah runtuh untuk melepaskan penat dan mulai memikirkan keadaan itu.
“Bagaimana orang-orang yang sudah mati dan hancur ini akan dihidupkan kembali oleh Tuhan di negeri akhirat?,” ujar ‘Uzair bingung, sampai akhirnya dia lemah lunglai dan tertidur di tempat itu. Dalam tidur nya, “Uzair seakan-akan bertemu dengan semua arwah orang-orang yang sudah meninggal itu. Tidurnya pun amat luar biasa, ‘Uzair terus tertidur selama seratus tahun lamanya.
Selama tidur panjangnya itu, keadaan di sekitar ‘Uzair sudah jauh berubah, rumah serta bangunan-bangunan banyak yang telah didirikan. Sedang ‘Uzair tetap tidur dalam posisi tersandar di dinding usang itu sampai menjadi jasad (tubuh) yang tidak bernyawa lagi. Dagingnya hancur dan tulang belulangnya sudah bercerai. Jasadnya yang telah mati, daging dan tulangnya yang sudah hancur itu disusun kembali oleh Allah SWT pada bagiannya masing-masing lalu ditiupkan ruh.
Ketika itu juga ‘Uzair hidup kembali. Ia terus berdiri seperti orang yang bangun tidur sambil mencari keledai dan buah-buahan di dalam keranjangnya.
Tidak berapa lama kemudian, turunlah beberapa malaikat seraya bertanya, “Tahukah engkau ya ‘Uzair berapa lama engkau tidur?”. Tanpa fikir panjang ‘Uzair menjawab, “Saya tertidur sehari dua atau pun setengah hari.” Malaikat pun berkata, “Sesungguhnya engkau terdampar di sini seratus tahun lamanya. Di sinilah engkau berbaring, berhujan dan berpanas, kadang-kadang ditiup badai dan angin angin. Dalam masa yang begitu panjang, makanan engkau tetap baik keadaannya. Tetapi coba lihat keledai itu, dia sendiri pun sudah hancur dan dagingnya sudah busuk.”
Berkata malaikat lagi, “Lihatlah dan perhatikanlah sungguh-sungguh! Demikianlah kekuasaan Allah SWT yang dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati dan mengembalikan jasad-jasad yang sudah hancur lebur. Dengan semudah itu pulalah Tuhan akan membangkitkan semua manusia yang sudah mati nanti di akhirat untuk diperiksa dan diadili segala perbuatannya.
Hal ini diperlihatkan oleh Tuhan kepada engkau supaya iman engkau tetap dan engkau sendiri dapat menjadi bukti kepada manusia-manusia lain supaya tiada lagi keraguan tentang apa yang diterangkan Tuhan tentang akhirat.”
Setelah ‘Uzair melihat makanan dan keledainya yang sudah hancur itu, maka ia pun berkata, “Sekarang tahulah aku bahwa Allah SWT itu memang kuasa terhadap sesuatu”. Tiba-tiba keledai yang sudah hancur itu mulai dikumpulkan daging dan tulangnya dan akhirnya hidup kembali bergerak-gerak dan berdiri lagi. “Uzair pun mengambil keledainya dan terus menunggangnya pulang ke rumahnya dahulu dengan mencari-cari jalan yang sukar untuk dikenali.
Dilihatnya segalanya telah berubah. ‘Uzair mencoba mengingat-ingat apa yang pernah dilihatnya seratus tahun lalu. Setelah menempuhi berbagai kesulitan, akhirnya ‘Uzair pun sampai ke rumahnya. Sesampainya di sana, dia mendapati rumahnya sudah reyot. Seluruh dindingnya telah runtuh. Pada saat itu, dia melihat seorang perempuan tua, lantas dia pun bertanya, “Inikah rumah tuan ‘Uzair?”
“Ya,” jawab perempuan itu. “Inilah rumah ‘Uzair dahulu, tetapi ‘Uzair telah lama pergi dan tiada kabar beritanya lagi sehingga semua orang pun lupa padanya dan saya sendiri tidak pernah menyebut namanya selain kali ini saja,” kata perempuan itu sambil meneteskan airmata. ‘Sayalah ‘Uzair,” jawab ‘Uzair. “Saya telah dimatikan Tuhan seratus tahun lamanya dan sekarang saya dihidupkan kembali”. Perempuan tua itu terkejut seakan-akan tidak percaya, lalu dia pun berkata, ‘Uzair itu adalah seorang yang paling soleh, doanya selalu dimakbulkan oleh Tuhan dan telah banyak jasanya di dalam menyembuhkan orang yang sakit. Saya ini adalah hambanya sendiri, badan saya telah tua dan lemah, mata saya pun telah buta karena selalu menangis mengenang ‘Uzair. Kalau tuan ini memang benar ‘Uzair, maka cobalah tuan do’akan kepada Tuhan supaya mata saya terang kembali dan dapat melihat tuan.”
“Uzair pun menadahkan kedua belah tangannya ke langit lalu berdo’a. Tiba-tiba mata orang tua itu pun terbuka dan dapat melihat dengan lebih terang lagi. Tubuhnya yang tua dan lemah itu kembali kuat seakan-akan muda lagi. Setelah merenungi wajah ‘Uzair, dia pun berkata, “Benar, tuanlah ‘Uzair. Saya masih ingat.” Hambanya itu terus mencium tangan ‘Uzair lalu keduanya menemui orang banyak, bangsa Israil. ‘Uzair memperkenalkan bahwa dia adalah ‘Uzair yang pernah hidup di kampung itu seratus tahun yang lalu.
Berita itu bukan saja mengejutkan bangsa Israil, tetapi ada juga meragukan, hingga akhirnya menarik perhatian semua orang yang hidup ketika itu. Karena itu mereka ingin menguji kebenarannya. Datanglah anak kandungnya sendiri seraya bertanya, “Saya masih ingat bahwa bapa saya mempunyai tanda di punggungnya. Cobalah periksa tanda itu. Kalau ada, berarti benar dia ‘Uzair.”Tanda itu memang ada pada ‘Uzair, lalu percayalah sebagian dari mereka, tetapi sebagian lagi menginginkan bukti yang lebih nyata, maka mereka berkata kepada ‘Uzair, “Sejak penyerbuan Nebukadnezar atas bangsa dan negara Israil dan setelah tentera tersebut membakar kitab suci Taurat, maka tiada seorang pun lagi yang hafal isi Taurat kecuali ‘Uzair. Kalau benar tuan adalah Uzair, cobalah tuan sebutkan isi Taurat yang betul.”
‘Uzair pun membaca isi Taurat itu satu persatu dengan fasih dan lancar tanpa salah sedikit pun. Mendengar itu, barulah mereka percaya bahwa itulah ‘Uzair yang telah mati dan dihidupkan kembali oleh Tuhan. Banyak di antara mereka yang  meminta nasihat darinya. Namun sebagian kaum Yahudi yang bodoh menganggap ‘Uzair sebagai anak Tuhan. Maha Suci Allah yang tidak beranak maupun diperanakkan, karena semua makhluk adalah kepunyaan-Nya. Janganlah kita was-was tentang kekuasaan Allah SWT, maka hendaklah dia fikir siapakah yang menciptakan dirinya itu. Adalah mustahil sesuatu benda itu terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Kalau masih ada yang ragu-ragu tentang kekuasaan Allah SWT, obatnya hanya satu, hendaklah dia membaca dan memahami al-Quran, was-was itu datangnya dari syaitan.
Allah SWT telah meletakkan akal dalam kepala kita untuk berfikir, oleh karena itu gunakanlah ia untuk berfikir. ***