TANJUNG — Pengembangan seni budaya lokal tidak hanya memerlukan komitmen kuat dari para pelaku, tetapi juga strategi pengembangan yang tepat dan kemampuan untuk menghimpun dukungan berbagai pihak. Karenanya, Sanggar Suluh Banua sebagai sanggar seni yang aktif berkiprah di Tabalong, merasa perlu untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra) guna menjamin tercapainya tujuan itu.  Rabu (29/02) lalu bertempat di ruang latihan utama Sanggar Suluh Banua, diselenggarakan orientasi penyusunan Renstra pengurus dan anggota sanggar ini.

Orientasi yang dimulai jam 20.00 WITA itu menghadirkan beberapa pembicara. Di antaranya H Fajerianur dari CSR PT Adaro Indonesia, Firman Yusi Direktur Eksekutif Perkumpulan Pusaka, dan Nurdiansyah Nunci pelaku seni yang juga mantan Ketua Dewan Kesenian Tabalong. Ketiganya membagikan pengalaman dan semangat baru untuk membuat konsep yang berbeda dalam memandang organisasi ini ke depan. 
H Fajerianur lebih menekankan pada membangun konsep yang relevan dengan isu mutakhir, khususnya terkait kearifan budaya lokal, konsep yang unik dan didasari karakter yang selalu ingin lebih maju ketimbang kelompok lainnya. 
“Kita tidak boleh takut dengan bayang-bayang, karena justru itu menunjukkan bahwa kita makin dekat dengan tujuan,” ujar Fajerianur. 
Bayang-bayang, menurutnya adalah segala bentuk gangguan atau kegalauan yang muncul dalam perjalanan menuju cita-cita, dan itu pasti selalu ada dalam setiap perjuangan meraih sebuah mimpi.
Sementara Direktur Eksekutif Perkumpulan Pusaka Firman Yusi lebih banyak berbicara pengalaman menyusun dan menyelenggarakan konsep yang berbeda di banding kelompok atau komunitas lainnya, berdasarkan perencanaan yang digali dari gagasan-gagasan yang berkembang di antara internal lembaga sendiri.  
“Kita harus yakin bila berhasil menyusun gagasan baru, kita pasti juga bisa melaksanakannya dengan baik. Mimpi atau cita-cita harus dibangun setinggi-tingginya agar lembaga ini kita paksa untuk bekerja keras mencapai mimpi-mimpi itu,” ujar Firman. 
Firman juga memberi gambaran tentang definisi sebuah Renstra, termasuk pengertian visi, misi, tujuan, strategi dan program bagi sebuah lembaga.  Sementara Nurdiansyah Nunci lebih menekankan pentingnya kebersamaan semua individu yang terlibat didalamnya untuk mencapai cita-cita bersama. 
“Suluh Banua bercita-cita menjadi sebuah lembaga terkemuka yang mengembangkan dan melestarikan seni budaya Banjar, karenanya kita memerlukan sebuah perencanaan yang matang untuk mengatur langkah demi langkah, guna membesarkan lembaga ini,” papar Dedy Rahnoni, Pimpinan Sanggar Suluh Banua. 
Karena itu adalah komitmen ujarnya, maka menjadi bertanggung jawab bersama untuk menyusun konsep yang cerdas bagi perkembangan Suluh Banua.
Selain dihadiri pengurus dan anggota Sanggar Suluh Banua, workshop itu juga diramaikan sejumlah pengurus dan anggota Sanggar Pusaka, sanggar seni lain yang saat ini intens berkomunikasi dan berkonsultasi dengan Suluh Banua untuk mengembangkan organisasinya.  Keberadaannya di workshop ini sekaligus untuk belajar lebih banyak lagi dari pengalaman Suluh Banua dan para pembicara dalam workshop untuk mengembangkan sanggar yang aktif di Kelurahan Jangkung, Kecamatan Tanjung. Metro7/usy/firman