Trizan Faisal: “Hanya saya yang menekan Adaro. Yang lain tidak! Termasuk Bupati”
TANJUNG — Tuntutan warga Dayak Deyah atas hak keturunan yang mereka sebut-sebut sebagai tanah Ulayat memasuki babak baru. Setelah beberapakali pertemuan dengan PT Adaro dan unsur Muspida berujung kebuntuan, kali ini Kapolres Tabalong AKBP Trijan Faisal mempertaruhkan jabatan dan dirinya memberikan jaminan bahwa tuntutan warga dayak akan dipenuhi PT Adaro Indonesia selama 15 hari depan.

Hal itu diungkapkannya langsung di hadapan ribuan warga Dayak yang tengah menggelar aksi menutup lahan sengketa di KM 82 haul road PT Adaro Indonesia, Rabu (01/02) lalu.
Dengan nada berapi-api Kapolres memberi harapan pada warga bahwa masalah tuntutan mereka sebesar Rp55 miliar akan ia perjuangkan. “Beri saya kesempatan sekali lagi untuk menyelesaikan masalah ini. Kita bikin perjanjian tertulis. Saya minta waktu dua minggu untuk memperjuangkan dan menyelesaikan kasus ini,” ujarnya lantang.
Ia pun menganggap selama ini banyak pihak hanya berdiam diri melihat persoalan ini, termasuk orang nomor satu di Kabupaten Tabalong, Drs H Rachman Ramsyi Msi.(Maksudnya Bupati Tabalong-red)
“Saat ini hanya saya yang memberi tekanan pada Adaro. Yang lain tidak! Termasuk Bupati. Jadi beri saya kepercayaan untuk memperjuangkan masalah ini. Anggap saya bagian dari orang Dayak dan do’akan saya agar masalah ini bisa selesai dan saya akan membongkar kasus ini serta mencari siapa yang bermain di dalam,” tegas Kapolres.
Warga Dayak yang sedari pagi sudah terlihat garang, bertambah panas mendengar orasi itu. Terlebih saat mendengar Kapolres menyatakan telah siap dimutasi maupun dicopot dari jabatannya untuk memperjuangkan kasus ini.
“Catat! Saya siap dibuang kemana saja serta saya pertaruhkan jabatan saya untuk membela warga Dayak,” demikian diungkapkannya.
Menanggapi hal itu, salah seorang pemuka warga Dayak mengingatkan Kapolres untuk tidak main-main dan serius membantu warga. “Kapolres Tabalong harus serius menyelesaikan masalah ini. Apabila tidak, maka kami tidak menjamin jika sesuatu akan terjadi pada Bapak. Kami tidak perlu mengatakan apa yang akan terjadi, tapi kalau Bapak tidak serius, maka akan ada sesuatu yang terjadi atas diri Bapak. Seharusnya Rahman Ramsyi yang membuka tali keramat dan menyelesaikan kasus ini, bukan Kapolres,” papar salah satu tabib warga Dayak yang dirasuki roh leluhur di hadapan Kapolres pada detik-detik pembukaan tali keramat yang mereka digunakan untuk menutup lahan.
Acara ditutup dengan penyerahan mandau oleh sesepuh adat untuk Kapolres sebagai tanda tanggungjawab yang diserahkan kepada Kapolres oleh warga Dayak. Suasana sempat menegang ketika puluhan warga langsung kesurupan dan meminta darah binatang.
Tokoh adat yang juga anggota DPRD Kabupaten Tabalong Ruli Ananda menyampaikan ucapan berterima kasih kepada Kapolres Tabalong yang telah bersedia mengambil alih tanggungjawab perjuangan warga dengan maju membawa amanat kepada PT Adaro.
Tinggal menghitung hari, ribuan warga Dayak mengaku telah siap dengan segala kemungkinan, baik atau pun buruk, dan kekuatan besar warga juga telah siap menggetarkan para pengambil kebijakan.
“Tentu saja kita tidak berharap Bumi Saraba Kawa terkoyak oleh perang saudara hanya gara-gara para pemimpin daerah yang selalu berfantasi, berharap api padam sendiri. Unsur Muspida harus segera turun tangan. Jangan terpecah dan saling lempar tanggungjawab. Patut dipertanyakan ada apa dengan proses pembebasan tanah oleh PT Adaro? Benarkah dugaan bahwa Mafia pembebasan terdahulu adalah orang dalam Adaro dan pejabat-pejabat penting di bumi Saraba Kawa sendiri? Hingga demonstrasi menjadi sebuah kewajiban yang tak tabu lagi,” ucap warga.
Hingga berita ini diturunkan, kondisi sudah normal kembali, kegiatan sudah berjalan seperti semula. Sedangkan warga dayak disana sebagian sudah pulang dan sebagian lagi masih ada yang bertahan dirumah-rumah keluarga mereka. ***Metro7/tim