BANJAR, metro7.co.id – Dinas kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar mendata terkait angka kematian ibu hamil di Kabupaten Banjar sangat perlu perhatian serius ditangani dengan angka kematian ibu dan bayi di wilayah mereka masih terbilang tinggi.

Tahun 2024, sudah ada 17 kasus kematian ibu yang masuk data, dan 89 kasus kematian bayi yang tercatat oleh Dinkes Kabupaten Banjar.

Kepala Dinas Kesehatan Banjar, Yasna Khairina menjelaskan, permasalahan kesehatan di Kabupaten Banjar yang saat ini masih tingginya kasus kematian ibu dan bayi serta tingginya kasus stunting.

“Hingga September 2024 tercatat ada 17 kasus kematian ibu dan 87 kasus kematian bayi. Angka tersebut akumulasi kasus kematian ibu dan anak,” jelas Yasna.

Yasna menambahkan, berbagai cara sudah dijalankan oleh Dinkes Banjar agar angka kematian dan stunting bisa ditekan.

“Dan harapan, Yasna, kedepannya sangat diharapkan dukungan, kolaborasi, partisipasi juga kerjasama semua pihak dapat menurunkan AKI, AKB dan prevalensi stunting sesuai target yang ditetapkan, atau bisa lebih rendah lagi,” harapnya.

Sementara, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Ikhwansyah mengingatkan, upaya peningkatan kualitas Kesehatan Masyarakat (Kesmas) sudah jadi program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kabupaten Banjar tahun 2020-2024 telah mencantumkan beberapa sasaran strategis program Kesmas.

Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 183/100.000 KH, sedangkan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) 16/1.000 KH. Penurunan prevalensi stunting pada balita juga dipatok menjadi 14 persen, dan penurunan prevalensi wasting 7 persen.

Ikhwansyah mengungkapkan, capaian indikator kinerja sangat perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak agar target tersebut bisa terwujud.

“Khususnya yang berkaitan dengan upaya dalam rangka pemerataan akses pelayanan kesehatan di seluruh wilayah melalui peningkatan kinerja sistem kesehatan, pengawasan obat dan makanan, serta perlindungan finansial bagi masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Iwan menjelaskan, Pemkab Banjar juga masih disibukkan dengan permasalahan kasus stunting yang masih tinggi.

“Dari hasil intervensi serentak bulan Juni 2024 lalu, prevalensi stunting kita masih di angka 24,4 persen,” sebutnya.

Di sisi lain, Ikhwansyah menambahkan, Kemenkes telah melakukan perubahan Rencana Strategis (Renstra), yang mencerminkan prinsip dan tujuan dari transformasi kesehatan. Salah satu upayanya dengan melakukan terobosan dan inovasi percepatan pencapaian target nasional tahun 2024 dan target SDGs tahun 2030.

“Bidang kesehatan khususnya terkait dengan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, gerakan masyarakat hidup sehat dan penguatan sistem kesehatan, serta dalam upaya mencapai Indonesia Emas tahun 2045,” tutupnya.