Banjir, Lagi-Lagi Banjir
BARABAI, metro7.co.id – BMKG memprediksi bahwa musim hujan masih akan berlangsung hingga April 2024 di sejumlah wilayah Indonesia. Di bulan Januari 2024, sebagian besar wilayah Indonesia masih akan mengalami hujan pada ketegori tinggi hingga sangat tinggi, antara 300 hingga lebih dari 500 mm per bulan.
Sejak awal tahun 2024 sampai pekan kedua Januari, intensitas hujan di Kalimantan Selatan (Kalsel). Khususnya di Kota Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) masih tinggi, bahkan hari ini kota Barabai kembali banjir di sejumlah titik yang biasa mengalami banjir, utamannya daerah-daerah yang dekat dengan aliran sungai dengan kedalaman yang bervariasi.
Banjir yang terjadi lagi di daerah Barabai HST, Provinsi Kalsel ini merupakan banjir tahunan yang terjadi setiap musim penghujan tiba, kali ini sudah ketiga kalinya kota Barabai mengalami banjir sejak awal tahun 2024.
Banjir yang terjadi disebabkan curah hujan yang tinggi dan juga daya tampung sungai terhadap air dan wilayah serapan air yang kurang serta drainase yang belum maksimal berfungsi. Semakin dangkalnya sungai serta menyempitnya lebar sungai menjadi satu dan sekian banyaknya penyebab banjir tahunan ini belum bisa teratasi maksimal. Masih lambatnya air mengalir ke daerah yang lebih rendah juga menyebabkan lamanya durasi banjir, 2 hingga 3 hari, bahkan di daerah hilir aliran sungai, air sangat lama menggenang pemukiman masyarakat bisa mencapai satu pekan lamanya bahkan lebih.
Banjir yang selalu terjadi di setiap musim penghujan datang ini, dampaknya sangat besar bagi masyarakat. Kerugian material karena air masuk ke dalam rumah akan merusak barang-barang yang ada di dalamnya. Kesehatan juga terganggu karena sanitasi dan air bersih yang kurang. Selain itu banjir juga mengakibatkan lumpuhnya sebagian perekonomian masyarakat, pasar yang tergenang, sawah dan kebun yang bisa saja gagal panen.
Jika debit air semakin tinggi, maka masyarakat harus mengungsi ke tempat lain yang lebih aman, ada yang ke rumah kerabat dan tempat lainnya, namun banyak juga yang tetap bertahan dirumahnya yang memiliki bangunan 2 lantai, banyak masyarakat yang sudah mengantisipasi banjir tahunan ini dengan membangun lantai tambahan pada rumahnya, ini mengacu pada pengalaman di tahun 2021 dimana banir bandang melanda Kabupaten HST dengan kerugian material maupun non material yang besar.
Menghadapi banjir tahunan perlu langkah responsif dan antisipatif. Responsif bersifat jangka pendek, yaitu keselamatan dan kesehatan masyarakat. Bagaimana masyarakat memiliki tempat tinggal sementara yang aman dan tersedia kebutuhan makanan pokok sehari-hari. Untuk itu perlu bahu membahu antara pemerintah, masyarakat dan lembaga sosial kemanusiaan.
Selanjutnya perlu langkah antisipatif yang nyata agar banjir ini tidak terjadi setiap tahunnya, Pemerintah Kabupaten perlu bermitra dengan Perguruan Tinggi, asosiasi konsultan sipil dan atau lembaga swadaya masyarakat untuk mencari akar masalah banjir ini. Apakah karena perilaku masyarakat yang merusak lingkungan, membuang sampah sembarangan sehingga drainase tersumbat serta aliran sungai tidak lancar? atau sebab lainnya.
Mungkin juga karena pembangunan pemukiman yang menggunakan lahan yang tidak sesuai peruntukannya, sehingga daerah resapan berkurang? Atau karena erosi di daerah pegunungan yang menyebabkan pendangkalan sungai? atau ada aktifitas tambang yang mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air? mungkin juga sebenarnya pemerintah sudah tahu akar masalahnya. Hanya saja belum mengeksekusinya karena kendala tertentu?
Momen sekarang adalah saat yang tepat untuk memikirkan langkah untuk mengatasi masalah banjir tahunan ini. Jika masalah ini lintas sektoral dan lintas wilayah maka perlu sinergi dan kerja sama serta leadership yang kuat dari Provinsi agar eksekusi bisa berjalan dengan baik.
Semoga dengan langkah yang tepat dan cepat dari seluruh pihak, masalah banjir segera teratasi dan tidak terjadi lagi di masa datang. Kasihan masyarakat kalau setiap awal tahun dan hujan deras, hidup dalam kecemasan dan kekhawatiran. Takut banjir melanda.
Novei Ahdiyat
(Masyarakat Peduli Lingkungan)