BARABAI, metro7.co.id – Kasran, pria 56 tahun yang sejak tahun 2013 lalu menemani sang cucu, Rifky rutin berobat karena mengidap Hemofilia.

“Rifky ini cucu, sebab sejak masih dalam kandungan sudah ditinggal oleh bapaknya, sementara ibunya sekarang bekerja, jadi kami ini yang mengurusnya dari kecil,” ujar Kasran membuka ceritanya.

Ia mengaku sering larut dalam rasa sedihnya saat mengingat sejak awal Rifky menjalani pengobatan. “Baru umur 3 tahun dulu di RS divonis menderita Hemofilia, saya sendiri tidak penyakit aapa itu, ternyata penyakitnya bisa jadi seumur hidup, sedih tiap kali dibayangkan,” ujarnya.

Mengutip dari laman halodoc.com, Hemofilia disebutkan sebagai kelainan darah yang unik ketika darah tidak menggumpal secara normal, karena kekurangan protein pembekuan darah yang cukup (faktor pembekuan).

Seseorang yang mengidap hemofilia, dia akan mengalami pendarahan lebih lama saat alami cedera dibandingkan dengan orang yang tidak mengidap Hemofilia.

“Kalau bekas jarum infus itu berbekas, rasanya sudah penuh di tangan cucu saya, bisa dibayangkan paling sering seminggu dua kalu Rifky periksa, kadang bisa lebih,” kata Kasran.

Terkait biaya pengobatan, Kasran menyebutkan, kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi keberkahan bagi pembiayaan pengobatan cucunya.

“Bagaimanapun juga namanya cucu kan, masih ada garis darah dengan kita, jadi sekuat tenaga dan kemampuan kami sudah berjanji akan mencoba terus membawa dia berobat,” jelasnya.

“Sempat dulu dapat bantuan dari Jamkesda, terus banyak diberikan saran oleh dokter untuk segera mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, akhirnya kami mendaftar yang mandiri, bayar sendiri setiap bulannya,” tambahnya.

Menurutnya, kehadiran Program JKN semakin dirasakan keluarganya, dialihkan dari segmen PBPU menjadi segmen penerima bantuan iuran dari Pemkab HST.

Tak ayal, hal itu membuat Kasran kian optimis dalam menjalani hari-hari mendampingi Rifky kontrol.

“Kami sangat bersyukur dengan adanya KIS ini, semua biaya pengobatan cucu dijamin, pelayanannya di RS juga sangat baik, prosedurnya juga sangat memudahkan dan bermanfaat bagi kami,” bebernya.

Sambungnya, BPJS Kesehatan ini rasanya sudah menjadi teman baginya dan Rifky, sebab menjadi penjamin dan pendamping setiap kali kontrol.

“Bila dibayangkan setiap kali kontrol, transfusi dan pengobatan menghabiskan dana lebih dari Rp5 juta lebih, sebanyak dua kali seminggu, rasanya kalau tidak ada program ini kami tidak tahu seperti apa selanjutnya,” ungkapnya.

Selain merasakan manfaat Program JKN bagi sang cucu, Kasran juga pernah merasakan manfaat program ini saat dirinya menjalani operasi hernia dua tahun silam.

“Semoga Program JKN terus berlangsung, karena manfaat yang telah kami rasakan sangat besar,” tutupnya.