Bikers Bershalawat Patahkan Stigma
Oleh: Erlina Effendi Ilas
(Ketua Komunitas Sayangi Sesama Tabalong)
Tanjung, metro7.co.id – Club motor atau para bikers kerap menerima stigma. Publik kerap menuding para bikers itu membawa pengaruh negative. Mereka dikesankan ugal-ugalan, egois, mengganggu, urakan dan jauh dari nilai-nilai kehidupan.
Namun, pada Sabtu tanggal 12 November 2022 anggapan itu terbantahkan. Bikers yang distigma itu justru menjadi lokomotif bagi public untuk bershalawat. Ribuan masyarakat akhirnya turun serta, menyatu bersama bikers dan tenggalam dalam lantunan shalawat kepada Rasulullah SAW di Tanjung Expo Center Tabalong.
Apapun dinamika dan warna dalam kehidupan ini sejatinya tidak siapapun punya hak untuk menjadi hakim bagi pihak manapun. Menempatkan orang lain dalam pandangan husnudzon adalah medan latih yang tak boleh selesai.
Harus disadari bahwa pengetahuan kita tentang diri kita sendiri pun acapkali keliru dan tak mengerti, lantas bagaimana mungkin kita seolah paling tahu orang lain lalu memberikan stigma.
Apa yang kita tahu tentang sesuatu hanya sampai batas yang kita ketahui saja. Artinya betapa ilmu kita tentang orang lain begitu terbatasnya. Buktinya siapa sangka para club motor dan para bikers yang ada di Tabalong ternyata juga pecinta shalawat, pecinta Rasulullah SAW.
Seratusan bikers menempati shaf paling depan. Mereka mempercayakan kepada Al Ustadz Ali Busthomi Al Qoribany memimpin shalawatan. Pimpinan Majelis Shalawat Anwaha tersebut figure yang lekat dengan shalawat sebagai metode dakwahnya.
Tidak hanya itu, di arena Tanjung Expo Center itu juga hadir Tuan Guru Mahmud Albanjari dari Balikpapan, Kaltim, serta Ceng Ridho asal Martapura Kalsel. Baik Guru Mahmud dan Ceng Ridho sama-sama memukau jamaah dan para bikers dalam melantunkan syair-syair shalawat. Suara indah mereka membuat hari itu yang semula diguyur hujan pun menjadi cerah.
Tidak kurang dari 10 club motor dan komunitas sosial ambil bagian dari kegiatan tersebut. Tujuan mereka satu, bikers juga pecinta nilai-nilai kehidupan dan pecinta Rasulullah SAW. Apa yang mereka gelar boleh jadi tidak akan membuat para biker berubah menjadi entitas sosial yang sempurna, tetapi mereka secara tidak langsung telah menapaki jalan kebaikan, yakni jalan cinta, cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Orang kalau sudah cinta kepada baginda Rasulullah SAW, maka berangsur-angsur nilai-nilai suri teladan yang ada pada Baginda Nabi akan mengalir pada pribadinya. Kelak akan lahir pribadi bikers di Tabalong ini yang penuh dengan kebaikan. Jika sudah begitu, bikers tidak lagi menjadai stigma, tetapi menjadi komunitas yang dicintai, dicari-cari, karena kebaikan dan kepeduliannya pada nilai-nilai baik kehidupan.
Saya telah lama menjadi saksi beberapa club motor di Tabalong ini terlibat dan menjadi bagian kegiatan kemanusiaan. Kegiatan saya di Komunitas KS2 Tabalong melihat kontribusi nyata mereka di tengah pandangan miring orang lain.
Kita tentu tidak lupa musibah banjir besar dua tahun lalu di HST, Barabai, banyak para bikers turun dan dicari oleh masyarakat karena hanya mereka yang punya skill berkendara yang mampu menembus pegunungan yang akses jalannya terputus. Dengan skill mereka itu pasokan kebutuhan masyarakat terisolir ketika itu dapat bertahan hidup.
Kegiatan bikers bershalawat didukung banyak pihak, mulai dari pihak kepolisian, para komunitas, hingga dukungan para ustadz. Para alim ulama yang hadir tidak hanya dari kota Tanjung Tabalong, namun juga ada yang dari Balangan. Pendakwah, pimpinan majelis taklim, pimpinan pondok pesantren turut melebur bersama bikers. Ini bukti bahwa bikers menjadi pemersatu dalam kebaikan. Dengan bershalawat mereka mematahkan stigma.***