Cegah Karhutla, Tabalong Mulai Siap Siaga
TANJUNG, metro7.co.id – Fenomena terjadinya cuaca panas ekstrim di Kabupaten Tabalong di Minggu-minggu terakhir ini. Pemerintah Kabupaten Tabalong gelar apel kesiapsiagaan cegah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) guna mencegah terjadinya Karhutla di Bumi Saraba Kawa, Rabu (9/8/20223).
Dalam kesempatan itu, Bupati Tabalong, H Anang Syakhfiani, memimpin apel tersebut dengan peserta apel jajaran TNI, POLRI, Instansi Vertikal, Perusahaan, SKPD terkait, Para Stakeholder dan Para Relawan UPBS, bertempat di lapangan PT Pertamina Tabalong.
Tercatat, pertanggal 28 Juli hingga kini telah terjadi 23 lebih kejadian kebakaran lahan di Tabalong.
Diketahui, menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat pada tanggal 1 Mei yang lalu, dari kawasan Timur Indonesia, diselimuti ultraviolet sinar matahari kategori berbahaya dan ekstrem, yang kemudian meluas hingga pulau Kalimantan dan Sumatera.
Menurut Anang, fenomena ini harus cepat dan sedini mungkin di waspadai, Karena disaat cuaca panas dan di musim kemarau, yang diperkirakan terjadi pada pertengahan bulan Mei hingga Agustus dan September, sangat rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Tabalong.
“Bukan hanya kita harus selalu waspada, tetapi kewaspadaan harus menjadi bagian dari aktivitas kita sehari-hari,” ujarnya.
Adapun Tabalong sendiri termasuk daerah yang tinggi potensi mengalami Karhautla setiap tahunnya. Maka dari itu kata Anang lakukan pencegahan dengan kampanye atau sosialisasi secara terus-menerus serta sebar luaskan informasi dan dorong kesadaran masyarakat melalui media sosial maupun media-media lain yang mampu menjangkau masyarakat.
“Ajak dan upayakan agar masyarakat juga peduli terhadap ini. Kalau masyarakat peduli dan aktif berpartisipasi. Insya Allah monitoring kita akan lebih mudah dan lebih terbantu,” kata Anang.
“Gunakan dan optimalkan sistem informasi yang sudah ada, baik yang berbasis internet maupun radio. Kita harus cepat tanggap, cepat bergerak, jangan sampai api jadi sulit dikendalikan,” timpalnya.
Anang menambahkan bahwa dari kejadian bencana Karhutla yang sudah-sudah, sebagian sangat besar terjadinya karena ulah manusia. Alasan yang paling sering dijumpai adalah karena faktor ekonomi.
“Maka sudah seharusnya kita menghimbau dan memberikan solusi kepada mereka agar jangan membuka lahan dengan cara membakar hutan atau lahan,” pungkasnya. ***