Dispersip Tabalong “Menyala”
Oleh : Suhardi
Redaktur Pelaksana Koran Metro7
Yani (19) seorang mahasiswi STIA Tabalong tampak serius diruang baca sedang membolak – balikkan lembar demi lembar sebuah buku diambil dari rak lemari yang tersusun rapi bersama ribuan buku lainnya.
Rupanya mahasiswi semester IV ini sedang mengerjakan tugas kuliah dengan mencari literasi di perpustakaan Dispersip Tabalong.
“Nah, dapat,”celetuk Yani seraya merapikan tas gendongnya saat duduk disofa empuk ruang perpustakaan yang sejuk karena ber AC.
Demikianlah deskripsi sekilas ruang Perpustakaan pada Dispersip Tabalong yang memang berubah secara signifikan.
Ruang perpustakaan yang dilengkapi AC dengan jumlah buku ribuan disusun secara rapi per item dalam rak buku, sehingga memudahkan para pembaca mencari jenis buku. Pun didukung oleh ruang baca yang cukup luas dengan sofa – sofa yang terkesan mewah dan meja besar untuk pembaca digital yang menggunakan Laptop.
Terlihat setiap hari para mahasiswa dan mahasiswi juga masyarakat umum memanfaatkan fasiltas tersebut untuk membaca buku – buku fiksi maupun non fiksi seperti buku cerita rakyat, sejarah, hukum, administrasi, perbankan dan lain – lain.
Tak hanya fisik, Dispersip Tabalong juga menyediakan perpustakaan e book digital.
Adalah Lilis Martadiana Kepala Bidang Pelayanan Dispersip Tabalong yang menjadi inisiator perubahan perpustakaan dengan menggandeng berbagai pihak seperti CSR Adaro, PT Kubuku Indonesia Yogyakarta terkait pengadaan buku, serta pihak lainya, hingga menjadikan Dispersip moncer dan makin dikenal publik.
Baru – baru tadi bahkan Dispersip Tabalong menggaet CV Cengkir Pustaka dari Kota Gudeg Yogyakarta untuk menggelar bazar buku selama beberapa waktu. Bazar terzebut dapat kita lihat di halaman kantor Dispersip.
“Malah belum lama tadi kami bekerjasama dengan Cengkir Pustaka menggelar lomba baca puisi karya Chairil Anwar dalam rangka mengenang tokoh sastrawan Nasional tersebut, allhamdulillah pesertanya banyak mencapai 90 orang lebih,” ujar Lilis.
Bicara prestasi, dalam hal Perpustakaan, Dispersip setelah berbenah mendapatkan predikat juara 2 IPLM (Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat) se Kalimantan Selatan yang tolak ukurnya adalah sarana prasarana perpustakaan memadai, jumlah bukunya, kerapian tempatnya juga kenyamanan ruang bacanya.
“Kita juga ada bioskop untuk memutar film yang ada kaitanya dengan buku, misalnya buku yang berjudul sejarah perjuangan maka di film juga siap diputar dengan materi atau judul yang sama,” tambah Lilis.
Selain buku sebagai jendela ilmu pengetahuan, juga berdampak pada inklusi sosial.
“Contoh inklusi sosial, seperti sekelompok ibu-ibu setelah membaca buku diperpustakaan tentang kuliner lalu mempraktekkannya,” papar Lilis.
Dilanjutkannya praktek yang dimaksud seperti yang sudah ada saat ini yaitu pembuatan keripik dan yang lainnya.
“Saat ini sudah berjalan, bahkan video inklusi sosial untuk Kabupaten Tabalong menyabet gelar terbaik Nasional,” pungkasnya.
Kedepan imbuh Lilis, Dispersip akan membangun titik – titik baca, e book digital pada lokasi strategis di Tabalong dengan tujuan agar masyarakat gampang mengakses buku non fisik sekaligus meningkatkan minat baca masyarakat Bumi Sarabakawa. Semoga!!!