TANJUNG – Langit Tabalong siang itu masih kelabu. Hujan yang turun sejak pagi belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, hanya berkurang volumenya menjadi rintik gerimis. Namun, cuaca yang kurang baik tersebut tidak mengurangi semangat para peserta dan penonton karnaval budaya yang merupakan rangkaian dari kegiatan Tabalong Ethnic Festival 2015.
 Ratusan orang yang tumpah ruah di sekitar Stadion Pembataan, Tabalong itu sudah terlajur antusias. Kostum yang sedikit basah tak dihiraukan lagi oleh peserta. Masyarakat yang ingin menonton tetap tidak bergeming dari posisi mereka.
 Pun, puluhan fotografer tetap setia menunggu acara dimulai sambil melindungi kamera menggunakan tangan, plastik keresek, dan koran dari tetesan hujan.
 Tepat jam dua siang, acara dibuka oleh Anang Sakhfiani, Bupati Tabalong. Dalam sambutannya, Anang menyampaikan harapannya agar acara ini dapat berlangsung secara berkelanjutan, dan semakin membaik dari tahun ke tahun. “Supaya orang-orang tahu ada sebuah festival budaya yang megah dan meriah di Kabupaten Tabalong,” kata Anang.
 Menurut Anang, festival etnik yang diawaki anak-anak muda Tabalong ini, membuktikan bahwa mereka tidak menjauh dari akar budayanya. Anak-anak muda ini, juga membuka mata banyak kalangan, sedianya kreatifitas mereka merupa sesuatu yang patut dibanggakan.
Pada tahun-tahun mendatang, ujar Anang, pemerintah bersama para stakeholder akan bersinergis melalui koordinasi yang lebih intensif, agar kegiatan ini bisa lebih meriah. “Kita tentu akan menjadi TEF ini sebagai agenda daerah, oleh karena itu semua stakeholder akan kita ajak berkoordinasi bersama,” ujarnya.
 Setelah dilakukan ritual tabur beras kuning oleh Anang, peserta karnaval mulai bergerak. Diawali oleh hentakan musik dari grup marching band yang penuh semangat, rombongan berjalan ke arah Taman Kota Tanjung.
 Sorak sorai penonton membahana di sepanjang jalan. Mereka disuguhi dengan penampilan apik dari para peserta yang mengenakan pakaian dan atribut khas Banjar, Dayak, bahkan Tiongkok. “Benar-benar perpaduan manis dari berbagai budaya, seperti gado-gado budaya,” kata Angga, salah satu penonton.
 Acara tahunan yang diinisiasi oleh Perkumpulan Pusaka ini memang acara yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Tabalong dan sekitarnya. Fatmawati, warga Maburai, sengaja datang ke Stadion Pembataan bersama dua anaknya untuk menonton karnaval. “Kami sudah dari satu jam yang lalu di sini. Agak basah karena kehujanan, tapi tidak apa-apa, pengen nonton,” ujarnya.
Tidak hanya warga lokal, acara ini pun menarik perhatian turis asing. Uliano Massimi, warga negara Italia, mengaku takjub dengan kostum yang dipakai para peserta karnaval. Sebetulnya, ia hanya berniat berwisata ke Loksado, tapi karena mendapat informasi tentang karnaval ini dari Facebook, ia lalu bablas ke Tabalong. 
“Tahun depan, saya masih punya rencana untuk bepergian ke beberapa Negara Asia lainnya, saya ingin melihat lebih banyak ragam budaya di benua ini. Namun, saya pasti akan mengabarkan pada teman-teman saya, bahwa di Tabalong ada even budaya yang luar biasa,” ujar Uliano.
 Menurut Firman Yusi, Direktur Perkumpulan Pusaka, inisiator kegiatan, ada yang berbeda pada kegiatan Tabalong Ethnic Festival tahun ini. Pertama, jarak rute karnaval. Jika tahun lalu rute karnaval hanya dari halaman Pendopo Tanjung sampai Stadion Pembataan, tahun ini peserta karnaval menempuh jarak 3,3 Km dari Stadion Pembataan sampai Taman Kota Tanjung. Karena jarak yang cukup jauh itu, ada batasan usia bagi peserta karnaval, yaitu di atas 10 tahun.
 Kedua, jumlah relawan tahun ini jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun-tahun sebelumnya jumlah relawan hanya sekitar 30 orang, tahun ini lebih dari 80 orang dari berbagai unsur turun tangan. Menurut Firman, hal tersebut disebabkan oleh rasa memiliki yang semakin kuat dari masyarakat terhadap kegiatan Tabalong Ethnic Festival.
 Kehadiran fotografer dari berbagai daerah juga mendapat apresiasi sangat positif dari Firman. Menurutnya, para satria berkamera itu adalah corong utama yang memperkenalkan acara ini kepada masyarakat luas. Melalui foto-foto hasil jepretan mereka yang diunggah ke internet, nama Tabalong semakin dikenal dari tahun ke tahun. Firman berharap, suatu hari Tabalong Ethnic Festival bisa menjadi event kelas dunia. Ia optimis, dengan semangat yang tinggi dari masyarakat Tabalong, mimpinya itu bisa tercapai.
 Selain karnaval budaya, event yang mendapat dukungan dari PT Adaro Indonesia sebesar Rp 250 juta ini juga memiliki rangkaian kegiatan lain, yaitu panggung seni, Festival Film Banua, dan Gelar Budaya Dayak Deah. (humasptadaro)