BARABAI, metro7.co.id – Sejak berdirinya ‘Adipati Jenaka Art Gallery’ pada bulan September 2019, telah menjadi wadah untuk mengembangkan potensi pelaku seni.

Foto : Adipati Jenaka Art Gallery jadi Wadah Anak Muda untuk Beraktivitas dan Menambah Wawasan. (Yasin/Metro7)

Tepatnya, di depan Jalan Lingkar, Kapar, Batang Alai Selatan (BAS), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Berbagai macam seni telah bergabung didalamnya, seperti seni rupa, tari, musik, teater, sastra, film, dan menulis.

Disana merupakan salah satu tempat ajang anak muda untuk melatih serta meningkatkan bakat seni dan kebudayaan.

Pembina Adipati Jenaka Art Gallery, Ansyari Rahmat menjelaskan, bahwa kebanyakan dari anak muda itu butuh wadah untuk beraktivitas dan menambah wawasan.

“Kita itu mencari inspirasi dan menginspirasi. Jadi, disini kita belajar bersama-sama, itu formatnya,” kata Ansyari kepada Metro7, Sabtu (1/8) malam.

Foto : Berbagai Macam Seni telah Bergabung di Adipati Jenaka Art Gallery, Seperti Seni Rupa, Tari, Musik, Teater, Sastra, Film, dan Menulis. (Yasin/Metro7)

Lanjut Ansyari menjelaskan, dulunya Adipati Jenaka Art Gallery berlokasi di Desa Barikin sebagai tempat pengrajin alat musik.

“Pengrajin alat musik itu bersifat individu, karena disini ada wadah, maka pindahlah ke Kapar,” ucapnya.

Sedangkan, tempat tersebut, mereka bikin suasananya menarik, agar bisa menggabungkan seni dan alam.

“Karena seni dan alam tidak bisa lepas, orang seni rupa, seninya alam, tari ambilnya di alam, musik pun di alam, menulis alam, semuanya alam. Makanya di gabung satu disini, karena saling berkaitan,” pungkasnya.

Semuanya saling berhubungan, jika perlu penulis atau bahan referensi, ada karya-karya atau budaya yang bisa di angkat. Terus, kenapa dijadikan dalam satu wadah, karena memudahkan komunikasi antar pelaku seni.

Tersedia, fasilitas seperti angkringan, saat belajar atau nonton seni sambil menikmati segelas kopi.

Selain itu, juga ada wifi, kursi hasil dari karya seni rupa, gazebo, dan panggung hijau khusus untuk penampilan, diskusi, serta belajar-mengajar. Yang diterapkan secara lesehan.

“Sambil dibenahi, karena karya itu tidak ada matinya, selama itu masih dipikirkan. Ibarat bunga yang tumbuh, terus gugur, dan berbunga kembali,” imbuhnya sambil menikmati kopi.

Dia berpesan, jadikan suasana belajar itu nyaman, maka berkarya itu akan banyak menimbulkan inspirasi.

Adipati Jenaka Art Gallery terbuka lebar bagi komunitas seni lain yang ingin saling belajar mengasah skill seni.

Dia berharap, agar kedepannya gallery ini tetap berjalan, menampung anak muda, jangan takut untuk berkarya dan berputus asa, ada kendala kita pecahkan bersama.

“Misal, komunitas teater baru saja dibangun, ada kendala, jangan bubar, harus berkembang, sehingga seni budaya di Bumi Murakata itu maju,” harapnya.

Penasehat Adipati Jenaka Art Gallery, Muhammad Yani menambahkan, wadah ini sebagai tempat apresiasi seni budaya dan investasi peradaban masa depan.

“Bertujuan juga sebagai wadah regenerasi di era millenial. Sehingga pemuda tidak kehilangan jati diri sebagai urang banua,” kata Muhammad Yani yang juga selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pembangunan Kabupaten HST.

Menurutnya, Adipati Jenaka Art Gallery memadukan garis sosial dan ekonomis untuk belajar karya seni musik, rupa ukir gambar, tari dan lainnya secara gratis serta tidak partisan.

“Dikarenakan bukan sanggar, sehingga golongan dan aliran apapun bisa akses untuk berkarya secara positif, dari sisi ekonomis kita menyalurkan bakat kepada pemakai atau penikmat sesuai dengan tingkat pencapaian karya,” ucapnya.

“Insyaallah tahun depan Adipati Jenaka Art Gallery akan membuka gerai hasil karyanya di Bali, sebagai pintu gerbang wisata dunia. Melalui itu kita mengenalkan hutan meratus yang masih tersisa, serta kecintaan kita di wujudkan dalam karya seni dan budaya,” tutupnya. ***