BARABAI, metro7.co.id – Aksi solidaritas pendidikan di Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), sejumlah pemuda dari Komunitas Akar Bukit serahkan hasil gotong-royong pendidikan di Dusun Mangga Jaya, Desa Aing Bantai, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT).

Lokasi itu menjadi pilihan penyaluran mereka, karena merupakan salah satu dusun terjauh di HST, berjarak sekitar 73 kilometer dari pusat Kota Barabai dan masih berupa Sekolah Paket A yang sangat minim dukungan.

Koordinator Kegiatan, Muhammad Hidayatullah mengatakan, pihaknya melakukan kegiatan itu karena melihat ketimpangan pendidikan yang begitu miris antara di kota dan daerah-daerah terpencil.

Berangkat dari masalah itu, ia dan kawan-kawan yang tergabung dalam Komunitas Akar Bukit mengajak masyarakat luas untuk sama-sama dapat berperan dalam mendukung pendidikan, khususnya di daerah terpencil Pegunungan Meratus.

“Demi membangun kepedulian bersama, kami berikan wadah Gotong-royong Pendidikan Meratus ini. Siapapun bisa terlibat,” terangnya, Selasa (16/8) di Barabai.

Lebih lanjut, ia menceritakan, penjajakan awal telah dilakukan melalui Ekspedisi Lembah Pegunungan Meratus pada 2-12 Agustus 2022 tadi. Menyambangi lokasi tersebut, sepuluh hari perjalanan dihabiskan untuk perjalanan, kegiatan, hingga kembali pulang.

Perjalanan dari pusat Kota Barabai menuju Dusun Mangga Jaya itu memerlukan waktu empat hari. Pertama, dari Barabai menuju Desa Atiran menggunakan akses sepeda motor sekitar 40 kilometer dengan estimasi waktu sekitar satu hingga hampir dua jam.

Kemudian, dari Desa Atiran menuju Desa Batu Perahu akses jalan sudah mulai berubah terjal dengan melewati jalan pavingblok dan sebagian masih tanah berbatu. Transportasi yang digunakan pun harus menggunakan sepeda motor jenis trail yang memakan waktu sekitar dua jam, atau berjalan kaki dengan estimasi sekitar 6 hingga 8 jam.

“Sampai di Batu Perahu sore pukul 18.00 Wita. Kami pun menginap di rumah warga semalaman,” tambahnya.

Keesokan harinya, pukul 09.00 Wita perjalanan dilanjutkan dengan mendaki Pegunungan Meratus, karena ketiadaan akses jalan transportasi dan cuma ada jalan setapak. Dari Desa Batu Perahu menuju Dusun Datar Tarap, Desa Aing Bantai pihaknya membutuhkan waktu 8 jam. Tim pun kembali beristirahat di Kantor Desa Aing Bantai disana.

Selanjutnya, tim melanjutkan perjalanan dari Dusun Datar Tarap menuju Dusun Aing Bantai memakan waktu dua hari. Sempat beristirahat di pondok Riitan tengah hutan, karena kelelahan perjalanan yang begitu jauh dan terjal.

“Sampai di Dusun Mangga Jaya Desa Aing Bantai, kami pun melaksanakan kegiatan berbagi motivasi, mengajar di kelas, bermain game interaktif selama tiga hari disana,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, pihaknya juga menyalurkan hasil gotong-royong pendidikan kepada para peserta didik disana. Bantuan yang diserahkan berupa 34 paket pendidikan yang berisi baju kaos pendidikan, buku tulis, buku gambar, dan beragam ATK untuk peserta didik, ratusan buku bacaan, paket ATK kelas, bola sepak, bendera merah putih, serta bantuan bea guru.

“Bantuan tersebut diserahkan untuk pendidikan di Aing Bantai yang terbagi dalam dua sekolah, yakni SDN Aing Bantai yang merupakan sekolah filial Batu Perahu, dan sekolah Paket A Mangga Jaya sesuai keperluan yang sudah disurvei dengan peserta didik aktif 34 orang,” bebernya.

Pihaknya pun turut mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam gotong-royong pendidikan Meratus tersebut baik yang secara langsung turun ke lapangan, menitipkan berbagai donasi maupun secara tidak langsung yang turut serta menyebarkan kolaborasi kebaikan ini.

Sementara itu, Nurdin tutor Paket A Mangga Jaya menyampaikan terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada pihaknya dan para peserta didik. Selama berjalan, menurutnya masih belum tersentuh pihak luar dukungan pendidikan seperti ini.

Lebih lanjut, ia membenarkan bahawa pendidikan di Mangga Jaya memang minim dukungan. Bahkan, kegiatan pembelajaran saja masih menggunakan fasilitas Balai Adat dan terkadang memakai rumah warga atau belajar di luar ruangan, karena masih ketiadaan ruangan bangunan pendidikan.

Kendati demikian, para peserta didik setempat sangat antusias belajar. Bahkan, terkadang hingga malam ada saja yang mendatangi ke rumah untuk mengajak belajar.

“Kasus buta aksara disini masih tinggi dan pendidikan disini terlambat masuk. Semoga melalui kegiatan-kegiatan seperti ini, semakin banyak orang-orang peduli terhadap pendidikan di Meratus dan bisa sama-sama mendorong perlahan agar lebih maju,” tutupnya.