BARABAI, metro7.co.id – Masyarakat Hindu Dayak di Desa Labuhan, Kecamatan Batang Alai Selatan (BAS), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) mulai menggelar Aruh Adat Baduduk usai panen, Sabtu (27/5).

Musim panen padi sudah selesai. Bagi warga Dayak, pantang memakai apalagi menjual hasil panen sebelum pelaksanaan aruh adat. Itulah budaya dan kepercayaan yang dijunjung oleh Warga Dayak di Desa Labuhan.

Desa Labuhan berjarak 16 kilometer dari pusat Kota Barabai atau setara 30 menit berkendara.

Kepala Adat Dayak Labuhan Suan menyampaikan, upacara Panca Yadnya Aruh Baduduk tahun 2023 masyarakat Hindu Dayak Labuhan dilaksanakan setiap setahun sekali setelah selesai musim Panen Padi.

“Aruh yang pertama baru saja dimulai pada tanggal 20 Mei 2023 selama kurang lebih tiga bulan penuh sampai tanggal 28 Agustus nanti,” terangnya.

Ia menjelaskan, Aruh Adat merupakan bagian dari ajaran agama Hindu yaitu Panca Yadnya. Panca Yadnya adalah Lima jenis upacara suci yang diselenggarakan secara tulus ikhlas oleh umat Hindu dalam usahanya untuk mencapai kesempurnaan hidup.

“Sebanyak 28 rumah yang akan melaksanakan Aruh Baduduk yang terdiri 96 umbun/kepala keluarga di laksanakan rumah masing-masing secara bergantian dengan jeda waktu 2 sampai 3 hari,” katanya.

Dikatakannya, dalam aruh adat, selain pelaksanaan bersama warga adat Dayak, juga diperlukan sesajen.

Persembahan atau sesajen dalam aruh adat di Desa Labuhan adalah seperti lamang putih, lamang putih, kue pupudak, kue dodol merah, kue wajik, kue cangkaruk, kue cucur, kue bubur putih, ayam kampung, kelapa, pisang amas, pisang talas, pisang palembang, hingga gula merah.

Sedangkan untuk persiapan acara sejumlah sesajen pihaknya siapkan, termasuk dengan memasak lamang secara beramai-ramai yang nantinya akan dijadikan makanan bagi peserta aruh dan tamu yang hadir.

Menariknya, sebelum menggelar upacara sakral, para Sandaran Balian atau Tokoh Adat Dayak Meratus melakukan ritual khusus seperti bamamang atau pembacaan mantra berisi doa-doa kepada Yang Maha Kuasa.

Dalam Aruh Adat Dayak Meratus mempunyai tingkatan yakni tingkatan yang terkecil disebut Mahanyari, tingkatan sedang disebut Aruh Baduduk dan tingkatan yang besar atau utama disebut Aruh Bawanang.

Dalam ruang lingkup Aruh Baduduk terdapat berbagai tahapan atau proses upacara. Di antaranya tahapan persiapan yaitu musyawarah keluarga, menyiapkan sarana dan prasarana, serta basaruan/mengundang seluruh warga.

Sedangkan tahap pelaksanaan di antaranya Basarah, Badarah Hidup, membuat perlengkapan Saji, Basaji, Bawanang, tahap ahir Bapamali dan Babagi Baras Banyiru.

Dari tahapan-tahapan upacara aruh baduduk, terdapat upacara yang juga mempunyai tahapan di dalamnya yaitu Badarah Hidup. Upacara itu tergolong upacara yang sangat penting sebelum upacara puncak. Karena upacara ini adalah upacara penyucian jiwa/penyelenggara upacara.

Pelaksanaan aruh baduduk kali ini berharap kepada seluruh keturunan masyarakat Dayak Labuhan dimanapun berada agar diberikan keselamatan, kesehatan dan rejeki yang berlimpah.

“Selama pelaksanaan Aruh Baduduk tidak boleh dicampuri dengan kegiatan yang akan mengganggu kesucian aruh, seperti perjudian, sabung ayam, minuman keras, orang yang lagi keluarga di rumah kematian sebelum 7 hari, wanita yang sedang haid dan orang yang terkena gangguan kejiwaan,” jelasnya.

Sebab, menurutnya, upacara tersebut sangatlah sakral bagi suku dayak, sehingga apabila kita melanggarnya akan mendapatkan hukuman dari Nining Bahatara, Sang Hyang Widhi, Tuhan dan lembaga adat juga akan memberikan sanksi berupa denda adat.

“Jangan sampai kegiatan Aruh Adat di tunggangi oleh oknum tertentu yang memanfaatkan agar bisa digelar perjudian dan lain-lain, kami atas nama Lembaga Adat dan Masyarakat Labuhan pun sangat keberatan dan sangat menolaknya, karena sejarahnya dari zaman dulu sampai sekarang, Aruh Adat di Labuhan tidak pernah diadakan judi,” tegasnya.