BANJARMASIN, Metro7.co.id – Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (FORSILADI) menawarkan beberapa solusi untuk penanganan banjir.

Ketua DPW FORSILADI Kalsel Jarkasi mengatakan, iklim tidak bisa dilawan, namun kita juga jangan tertawan oleh situasi yang buruk dengan bencana banjir sekarang ini.

“Kita harus ada upaya untuk menyelamatkan lingkungan dan saudara-saudara kita dalam kepungan banjir kali ini,” tegas Jarkawi.

Menurutnya, membangun kesadaran  dari semua pihak baik Masyarakat, Birokrat, Organisasi Sosial Kemasyarakatan  dan lainnya, akan pentingnya lingkungan yang ramah, baik di hulu dan hilir DAS (Daerah Aliran Sungai), karena dengan terbentuk dan terbangunnya kesadaran dalam kebersamaan akan pentingnya lingkungan yang ramah di sepanjang DAS akan mengurangi dampak langsung dan dampak pengiringnya dari bencana banjir.

Menanamkan pemahaman yang sama dan persepsi yang sama, bahwa kita tidak bisa lagi memakai cara-cara lama di zaman yang baru. Perubahan iklim menuntut kita untuk adaptif. 

“Kita telah berada di zaman yang baru, Zaman yang rentan bencana. Bukan zaman yang aman-aman saja. Setiap waktu bencana akan datang kapan saja dan dalam bentuk apa saja. Kesiapan dalam menghadapi bencana harus dibentuk dulu. Masyarakat harus paham ini. Kita kini harus selalu punya kewaspadaan yang tinggi Karena iklim telah berubah,” Jarkawi mengingatkan.

Sehingga kata Jarkawi, Tas Siaga Bencana harus selalu ada di rumah dan disiapkan, agar bila sewaktu-waktu ada bencana bisa langsung menyelamatkan diri. 

Disisi lain, Jarkawi minta agar Pemerintah harus mulai mengintegrasikan program kerjanya kedalam rencana aksi yang bisa dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Jalur birokrasi yang berbelit dan kadang lambat harus di pangkas. Kejadian Banjir ini memerlukan langkah segera dalam penanganannya. Untuk itu maka yang dilakukan haruslah aksi dan Kerjasama serta kolektif kolegial. 

“Misalkan dengan pemberian bantuan secara langsung atau menyiapkan rumah singgah untuk para korban banjir agar dapat terselamatkan jiwanya,” Jarkawi mencontohkan.

Dikatakan, kegiatan pembangunan (konstruksi) belum bisa dilaksanakan di situasi banjir. Apalagi disertai dengan curah hujan yang tinggi sepanjang November-Januari. 

“Yang paling penting dilakukan saat ini adalah melakukan tindakan lapangan yang bisa meminimalkan lama genangan air, misalnya dengan mengarahkan alat berat untuk kegiatan normalisasi sungai dan saluran air (drainase dalam kota), membuat tanggul-tanggul penyangga dan lain sebagainya disesuaikan dengan kondisi lapangannya,” Jarkawi kembali mengingatkan.

Disebutkan, Dinas terkait harus menyediakan tenaga konselor saat masyarakat berada di penampungan untuk memberikan pencerahan agar dampak pengiring dari bencana banjir secara psikologis segera dapat diatasi, terlebih lagi bagi peserta didik yang sekarang ini menghadapi ujian, tentunya ini perlu bantuan konselor khusus pada pendidikan dasar (layanan BK di sekolah dasar) karena kalau di SMP dan SMA ada tenaga konselor khusus yakni guru Bimbingan Konseling.(metro7/nrl)