Jarkawi Harapkan Pembelajaran Tatap Muka Meningkat 70 hingga 80 Persen
BANJARMASIN, Metro7.co.id – Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan pembelajaran tatap muka hanya bisa dilakukan 50 persen.
Ketua DPW Forsiladi Kalsel, yang juga Dosen Senior Uniska, Dr H Jarkawi berharap, ke depannya kegiatan tatap muka bisa meningkat 70 sampai 80 persen.
“Tatap muka yang mula dua jam bisa ditingkatkan tiga sampai empat jam. Tapi dengan catatan, budaya Prokes (Protokol Kesehatan) sudah menjadi bagian kehidupan, kebutuhan, bukan lagi hanya pelengkap,” harapnya.
Selain itu, ujarnya, kondisi iklim yang ekstrim, membuat beberapa kerusakan terhadap sarana dan prasarana pendidikan, yang mengakibatkan proses pembelajaran sedikit terganggu.
Ia juga prihatin terkait penyebar hoax dari orang-orang berpendidikan tinggi, sehingga kedepannya edukasi harus diperhatikan.
“Asfek globalisasi juga membuat perubahan gerakan sosial yang kita lihat seperti ada kekerasan digital. Ada perilaku sosial yang cenderung kepada berita-berita hoax yang sangat tidak mendidik,” ungkap Jarkawi.
Demikian pula dari segi teknologi pendidikan, agar ditingkatkan, karena ke depannya dunia pendidikan semakin menggunakan teknologi, mengingat era 4.0. Bahkan, sudah ada yang sampai ke era 5.0.
“Mau tidak mau. Baik peserta didik maupun pengambil kebijakan, terlebih lagi Guru, harus terus mendalami pembelajaran yang bersifat digital,” tegas Jarkawi.
Masyarakat juga diharapkan akan kesadarannya bervaksin, untuk tercapainya vaksin 70 persen dan tercapainya Herd Immunity serta dapat mencegah varian baru.
Menurutnya, vaksinasi harus terus dilakukan, karena secara signifikan, 90 persen Indonesia diakui berhasil mengatasi Covid-19.
“Saat ini terbukti negara kita sudah diakui dunia bisa mengatasi Covid-19, sehingga pertumbuhan ekonomi akan semakin lebih bagus,” tuturnya.
Disisi lain, tambahnya, Virus Omicron diharapkan tidak seperti virus Delta dari India.
“Sebab, kalau kita lengah, banyak masyarakat yang jadi korban. Kita berharap antisipasi ini, pertama prokes diperketat. Kemudian vaksin dituntaskan. Khususnya dunia pendidikan dan masyarakat pinggiran perlu sekali vaksinasi,” pungkasnya.