KOTABARU, metro7.co.id – Mamo warga Desa Gunung Ulin, Pulau Laut Utara, Kotabaru tak disangka mampu menciptakan sebuah kompor bernilai ekonomis dari barang limbah. Ide cemerlang ini tercipta sekitar enam bulan lalu, saat bahan bakar sulit didapat, harga sulit dijangkau untuk digunakan dalam proses pembakaran pembuatan pupuk dan lainnya.

Saat itu ia harus memutar otak mencari cara agar dapat menekan angka tersebut. Alhasil ia berhasil membuat kompor yang diberi nama kompor aksi. Ternyata alat yang ia kembangkan itu mempunyai banyak keuntungan, dari segi pengeluaran mampu menekan angka nomimal dalam pembelian bahan bakar.

Mamo mengaku sudah beberapa warga yang memesan alat yang diciptakan sangat sederhana tersebut.

“Sebenarnya awalnya hanya iseng, saya dan beberapa rekan dari Desa Gunung Ulin berupaya menciptakan alat sederhana dari limbah tapi memiliki kerja maksimal, dan tidak lagi menggunakan bahan bakar yang mempunyai nilai tukar lumayan tinggi, bagi kami kalangan petani ini,” ujarnya.

Diterangkannya semua bahan yang digunakan merupakan limbah dari tempat-tempat pemulung seperti tabung gas bekas, besi-besi bekas, drum bekas yang semuanya itu didapat dengan harga murah, ditambah dengan oli bekas.

“Jadi kami memanfaatkan barang-barang limbah yang didapat tidak dari toko. Yang kami beli hanya kran saja yang tahan api, bahan lainnya adalah oli bekas dan minyak goreng dengan hanya memanfaatkan air yang direbus kemudian blowernya dipakai untuk memicu api, yang selama ini kita ketahui blower menggunakan listrik,” sambungnya.

Mamo menambahkan sementara ini penggunaan kompor aksi di desanya dipakai untuk pembakaran kemiri dan untuk pembakaran produksi tahu, dimana selama ini warga kebanyakan memanfaatkan kayu bakar yang menjadi kendala utama.

“Pabrik tahu tidak lagi menggunakan kayu bakar tetapi hanya menggunakan oli bekas saja sudah dapat menghasilkan api yang besar. Itu sangat bermanfaat bagi mereka,” ujar Mamo.

Mamo mengatakan saat ini ia hanya melayani masyarakat kecil di daerah sekitar Kotabaru, utamanya kelompok tani agar dapat bersama memanfaatkan alat warga, meski beberapa waktu lalu ada pemesan dari Kabupaten Tanah Laut.

Tak sampai disitu, abu sisa pembakaran pun bisa dimanfaatkan untuk tambahan pembuatan pupuk kompos. Kompor aksi juga dipergunakannya untuk pembakaran pembuatan pupuk cair hanya memakan waktu kurang lebih 2 jam, sementara menggunakan kayu bakar memakan waktu selama 1 hari.

Mereka mempunyai target kedepan harus bisa menciptakan alat lainnya yang lebih canggih dari yang sekarang, dan berharap kegunaan kompor aksi tersebut dapat membantu masyarakat dan pemerintah daerah untuk bisa mengembangkannya.

Kepala Desa Gunung Ulin, Badriansyah mengungkapkan dengan inovasi kompor aksi yang diciptakan oleh Mamo CS, menjadi nilai plus bagi desanya dan memberikan dampak positif.

“Yang jadi harapan kami selaku masyarakat Desa Gunung Ulin, khusus kepada pemerintah daerah agar bisa mengambil peranan bagi pengembangan kedepannya,” pungkasnya. *