Olahraga Tradisional Mewarnai Harjad Kotabaru
KOTABARU — Menyambut Hari Jadi (Harjad) Kabupaten Kotabaru ke–62 pada tanggal 1 Juni, berbagai kegiatan dilakukan sebagai pesta rakyat.
Sejumlah olahraga tradisional yang sudah cukup lama tidak diperlombakan, bahkan bagi anak generasi sekarang dianggap sebagai olahraga yang asing, yakni Balogo, Engrang, selama tiga hari berturut turut (dari tgl 25-27 Mei 2012) oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Budaya Pariwisata Kabupaten Kotabaru digelar kembali secara terbuka di lapangan Siring Laut, diikuti peserta dari berbagai kalangan yang jumlahnya mencapai ratusan orang.
Selain Engrang dan Balogo, tarik tambang untuk tingkat pelajar serta umum juga dipertandingkan. Adu otot “Panco“ terbagi 2 kelas, yakni kelas 60 kg ke bawah dan 60 kg ke atas juga turut mewarnai pesta rakyat ini.
Karena kawasan pusat kota adalah pinggiran laut, lomba adu kecepatan perahu motor juga tidak ketinggalan memeriahkan suasana menyambut hari jadi Kabupaten Kotabaru (Sa-ijaan).
Sebagai olahraga tradisional terpopuler, “Panjat pinang“, merupakan lomba yang dianggap oleh segenap penonton sebagai pertandingan yang cukup menghibur. Pasalnya, peserta cabang ini yang berlomba adalah manusia transisi, antara Wanita dan Pria (Waria). Sesekali teriakan dan tingkah peseta mengundang gelak tawa para penonton. Tak ayal, para remaja yang menonton berteriak memberi semangat di sambut dengan genit oleh para peserta lomba yang membuat para penonton tertawa.
Melihat antusiasme peserta lomba, Kepala Bagian Olahraga Dinas Pemuda dan Olahraga Budaya Pariwisata Drs Abdul Gaffar menyatakan, bahwa pihaknya sangat senang dan puas.
“Kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan Hari Jadi Kotabaru. Adapun anggaran gelar lomba tahun ini, menggunakan dana APBD tahun 2012 sebanyak Rp 40 juta,” terang Gaffar.
Seorang pengunjung, penonton “Rustam“, berkomentar bahwa acara yang digelar oleh Dinas Pemuda Olahraga Budaya Pariwisata tersebut sungguh kegiatan yang mempertunjukkan khasanah budaya lokal. Namun menurutnya, masih ada beberapa olahraga tradisional yang belum terakomodir dalam gelar lomba kali ini, di antaranya Ma”raga, yaitu suatu olahraga ketangkasan memainkan bola anyaman dari rotan yang bisa dilakukan oleh pesertanya hingga berjam–jam lamanya tanpa menjatuhkan bola ke tanah.
“Kendati budaya tersebut datangnya dari Sulawesi, tapi karena penduduk kita tergolong banyak dari suku Sulawesi, berarti olahraga tersebut boleh dong kita anggap sebagai bagian dari budaya Kotabaru. Kan penduduk Kotabaru Multi Etnis. Mudah–mudahan pada tahun mendatang semua olahraga tradisional yang menarik dapat di gelar semua,” harap Rustam. Metro7/ANDI
Tinggalkan Balasan