TANJUNG – Panen perdana budidaya ikan lele pada kolam darat berbahan terpal, di Pesantren Al Madaniah, Desa Nalui, Kecamatan Jaro, Tabalong, pada Rabu (20/5), yang menghasilkan 200 kilogram lele atau setara Rp 3 juta itu, menjadi pijakan menuju jalan sukses berikutnya.
 Menurut Ketua Koperasi Ponpes Al Madaniyah yang juga pelaksana program budidaya, Nurhalis, program tersebut dipilih berdasarkan potensi yang dimiliki pesantren. Ketersediaan sumber air serta lahan, sangat mendukung berlangsungnya budidaya perikanan.
 Selain mampu menambah keterampilan santri, ujar Nurhalis, program ini turut memberi dampak positif terhadap kemandirian ekonomi pesantren. “Kendati harga ikan di pasaran saat ini mengalami penurunan, setidaknya kami bisa memenuhi nutrisi untuk makan para santri. Setiap harinya, kami memerlukan setidaknya 20 kilogram ikan,” ujarnya.
 Dengan modal awal sebesar Rp 50 juta, yang didapat dari dana CSR Adaro, Ponpes Al Madaniyah mencoba mengembangkan budidaya lele dengan menabur 25,000 bibit di atas 10 kolam terpal.
Setelah tiga bulan, upaya tersebut mulai membuahkan hasil. Dari sepuluh kolam berukuran 4×6 meter itu, sudah menghasilkan 2 kuintal ikan lele siap panen. “Pangsa pasarnya pun cukup menjanjikan, saat mau mulai budidaya ini, sudah ada yang menawarkan untuk bisa memasok secara rutin setiap minggunya,” kata Nurhalis.
Menurut pengumpul sekaligus pembudidaya ikan lele, Panut, sebanyak apapun ikan lele yang dihasilkan, pasti bisa diserap pasar, bahkan permintaan skala besar sedianya terus berdatangan.
 Namun, ujar Panut, agar hasil panen bisa berkelanjutan, perlu ketekunan dalam mengawal budidaya ikan lele. “Kendala terbesar yang dihadapi peternak saat ini, adalah jamur yang menyerang ikan lele,” ujar pria yang sudah empat tahun ini menggeluti budidaya ikan lele itu.
 Program Gema Desa Santri CSR PT Adaro Indonesia bersama mitra kerja yang digulirkan sejak 2009 lalu ini, berupaya mendorong pengembangan potensi ekonomi pesantren dengan harapan para santri dan santriwatinya kelak, bisa menjadi pioneer yang mampu menggerakkan masyarakat di lingkungannya.
 Menurut CSR Department Head Adaro, Idham Kurniawan, pesantren menjadi pilihan untuk pengembangan program CSR Adaro, karena kultur masyarakat Kalsel yang kuat dengan nuansa keagamaan.
 Pesantren sebagai salah satu lembaga keagamaan yang banyak menghasilkan ulama, diharapkan juga mampu menjadi wadah belajar masyarakat disekitarnya untuk membangun ketahanan ekonominya.
Saat ini, ujar Idham, Adaro melalui Gema Desa Santri sudah menggandeng enam pesantren yang tersebar di wilayah Tabalong dan Balangan. “Tentu kita berharap, selepas para santri itu menamatkan pendidikannya di pesantren dan terjun ke masyarakat, mereka bisa mentransfer keterampilannya pada masyarakat di sekitar,” ujarnya. (Advertorial)