Politik Cair Menyejukkan
Oleh: Kadarisman, Pemerhati Politik Banua
Politik adalah seni kemungkinan, the art of the possible. Kemungkinan –kemungkinan dalam politik mensyarakatkan kehadiran fleksibilitas di dalam politik. Politik tidak kaku. Karena konsekuensi kekauan adalah patah dan the end.
Tetapi karena politik itu cair, maka kecairan itu membiuat politik tegang dapat disejukkan. Politik tidak pernah usai. Kehadirannya terus dibutuhkan sebagai sarana implementasi kedaualatan rakyat dalam system kekuasaan untuk menyemaikan kebaikan masyarakatnya.
Kemungkinan – kemungkinan dan kecairan dalam politik selalu terjadi. Kita boleh sedikit berkaca kepada negeri serumpun di Malaysia. Dilantiknya Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri Malaysia yang ke 10 siapa yang menyangka. Fakta Anwar Ibrahim ditaqdirkan Tuhan menduduki kursi perdana menteri adalah kemungkinan terbesar dalam politik dan demokrasi Malaysia.
Sebuah perjalanan tidak mudah sekaligus penantian 24 tahun yang selalu bergelut dengan kekalahan, penjara hingga penghianatan. Banyak pihak dan pengamat memprediksi karir politik Anwar Ibrahim selesai sejak kali pertama berseteru dengan mentornya Mahatir Mohammad.
Anwar Ibrahim adalah politisi yang karir politiknya ditamatkan. Semua orang berpendapat karir politiknya tidak akan pernah cemerlang.
Pangkal persoalannya dimulai dari perbedaan pandangannya Anwar Ibrahim dengan Mahatir Mohammad yang memerintah saat itu. Cara-cara penanganan Mahatir atas krisis moneter tahun 1998 ditentang keras Anwar. Pada akhirnya Anwar Ibrahim dituduh melakukan sodomi dan korupsi tahun 1998 dan dipenjara. Dia dibebaskan ketika rezim berganti dan kembali dipenjara tahun 2015 karena potensinya yang bisa menjungkalkan kekuasaan saat itu.
Anwar Ibrahim yang pernah jadi anak emas Mahatir, tak terelakkan sekaligus menjadi musuh besar dalam politiknya.
Tapi tak ada musuh abadi dalam politik. Politik begitu cair. Kemungkinan bisa saja terjadi dari sesuatu yang berat untuk terjadi. Mahatir yang pernah menjalimi Anwar Ibrahim datang bertamu. Dia mengajak islah dan berkoalisi tahun 2018 membentuk Pakatan Harapan untuk melawan Najib Rajak yang berkuasa.
Mahatir kembali merebut PM Malaysia dan berjanji hanya menjabat setahun, selebihnya diserahkan ke Anwar Ibrahim Ibrahim. Namun, lagi lagi, Mahatir ingkar. Anwar tak kunjung mendapatkan janji itu, bahkan dia terlempar kembali dari lingkar kekuasaan.
Kekalahan, penjara dan penghianatan tak membuat Anwar surut menjalankan tugasnya sebagai hamba yang berikhtiar. Dia sadar urusan menang dan kalah bukan kuasanya, tapi kuasa Tuhan. Tapi pantang menyerah dan berikhtiar membawa ketidakmungkinan hadir sebagai yang mungkin kepadanya.
Pada bulan November 2022 Raja Malaysia melantik Anwar Ibrahim menjadi perdana menteri ke 10. Partai politik di Malaysia tidak satu pun yang memiliki suara mayoritas pada jumlah dipersyaratkan sebagai yang dapat mengantarkan menjadi perdana menteri. Namun dibanding yang lain Partai Anwar Iberahim lebih unggul. Perselisihan terjadi, Raja turun tangan dan memutuskan Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri.
“Dendam tak boleh mengikat kuat sehingga hilang pertimbangan siuman,” kata Anwar Ibrahim ketika dimintai pendapatnya terkait Mahatir Mohammad, kepada detik.com.
Kemenangan yang tak sempurna adalah ketika tak pernah kalah. Dan tak ada kekalahan yang sempurna, kecuali ia akan mendekat kemenangan. Kekalahan itu hanya berbicara kemenangan yang belum datang. Kemenangan bagi seorang politisi sejati bukan tentang kapan kekuasaan dapat diraih, tetapi tentang kekuatan hati untuk selalu berkontribusi dalam politik kebaikan dan mengalahkan ego pribadinya sendiri.
Dari negeri seberang saya beralih ke buncu daerah yang tanahnya masih serumpun dengan Malaysia, yakni Kabupaten Tabalong.
Anang syakhfiani sebelum menjadi bupati adalah seorang yang selalu beroleh kekalahan bertubi-tubi. Tidak hanya itu, dia juga terasing terbuang dan kalah lagi, di masa pemerintahan saat itu. Kekalahan demi kekalahan dan pilihan sikapnya yang pantang menyerah membuat masyarakat Tabalong menaruh empati. Pasca habis masa jabatan patahana, Anang Syakhfinai meraih kemenangan telak dalam pilkada sebagai Bupati Tabalong.
Kekalahan bukan akhir, karena ia hadir sebagai pelajaran level satu belaka. Kekalahan itu tidak pernah singgah pada kekalahan tapi hanya singgah pada orang yang kalah.
Apa yang terjadi pada Bupati Tabalong Anang Syakhfiani juga terjadi di kabupaten tetangga, Balangan, Abdul Hadi.
Bupati Balangan periode 2021 – 2024 tersebut tidak saja gagal dalam kontestasi pilkada di Balangan tahun 2015, namun juga gagal menjadi calon bupati. Dia hanya sempat masuk dalam bursa bakal calon semata. Dia harus puas hanya menjadi bagian koalisi yang mendukung Ansharuddin dan memenanginya.
Pada tahun 2020 di Balangan kenyataan dan dinamika politik membuat Ansharuddin berhadap – hadapan dengan Abdul Hadi. Mantan Ketua DPRD Balangan tersebut tidak saja mulus diusung oleh koalisi PPP, namun juga mampu meraih kemenangan telak dan menganvaskan sang petahana, Ansharudin.
Apa yang tidak mungkin dalam politik? Hal yang tidak mungkin hanyalah ketidakmungkinan itu sendiri. Pertikaian politik imbas dari perebutan kekuasaan mesti dikalahkan oleh jiwa kenegarawanan politisi itu sendiri, seperti kisah Buya Hamka serta Anwar Ibrahim dan Mahtir Mohammad. Ego dan sentiment pribadi harus dikubur demi dan kepentingan masyarakat banyak.
Teladan yang dicontohkan oleh Buya Hamka. Ketika Soekarno berkuasa Buya Hamka adalah seorang yang tidak bisa dia bungkam mulutnya untuk mengekor suara Soekarno. Buya Hamka ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan subversive. Di ujung sakit keras, Soekarno meminta orangnya datang kepada Buya Hamka. Permintaanya, agar ketika meninggal Buya Hamka berkenan menjadi imam kifayahnya.
Soeakrno meninggal dunia. Buya Hamka datang memenuhi permintaannya dan keluarganya. Dia salatkan jenazah Soekarno, seorang yang pernah membuatnya mendekam dalam penjara. Lantas apa kata Buya Hamka?.
“Saya berterimakasih kepada Soekarno telah penjarakan saya, jika tidak mana sempat saya menulis tafsir Al Azhar.”
Cairnya politik dalam praktik politik praktis yang kita hadapi adalah kesediaan jalan agar politik selalu dapat menjawab dinamikanya dengan kesejukkan. Politik harusnya mendewasakan bagi pendidikan politik dan kehidupan bangsa.
Politik haruslah berisi dengan kebaikan, dan kebaikan itu mesti meliputi untuk tetap bersama walaupun selalu ada perbedaan. Ketegangan politik mesti dicairkan oleh kedewasaan dan sikap negawan. Syarat ini harus dipunyai seorang politisi!!*