Prevalansi Stunting di Kalsel Meningkat, Anggota Dewan Ikut Prihatin
BANJARMASIN, metro7.co.id – Pemerintah menargetkan angka gagal tumbuh atau stunting sebesar 14 persen harus dapat dicapai pada 2024. Intruksi penurunan stunting tersebut menjadi giat sejumlah daerah dalam penurunannya.
Kalimantan Selatan (Kalsel) daerah yang juga mengupayakan penurunan stunting juga berhasil melakukannya secara drastis, dari 2021, 2022. Namun di 2023 kembali mengalami kenaikan.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kalsel, Firman Yusi mengungkapkan, sangat menyayangkan dan keprihatinannya atas kasus stunting di Kalsel.
“Secara nasional pemerintah menargetkan sampai 14 persen pada 2024 ini,” katanya, Jumat (3/5).
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang baru dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia terhadap prevalensi stunting di Kalsel naik.
“Awalnya pada 2021 Kalsel termasuk daerah yang mampu menurunkan drastis dari 30 persen menjadi 24,6 persen di 2022. Namun untuk 2023 kemarin angka tersebut naik menjadi 24,7 persen,” ucapnya.
Memang kenaikan tersebut tidak signifikan, tetapi Kalsel di 2023 mengalami kegagalan. Yang barang tentu menjadi sorotan agar di 2024 menjadi turun.
“Kenaikannya memang tipis, akan tetapi Kalsel gagal menurunkan angka prevalensi stunting, selain itu akan mengevaluasi program penanganan stunting dengan bekoordinasi antara pemerintah kabupaten/kota. Ini perlu kerjasama sejumlah sektor dalam penanganannya,” kata Firman.
Ia menegaskan, stunting menjadi penting untuk diturunkan angka prevalensinya, karena berdampak besar pada kualitas SDM dan kemampuan berkompetisi di masa yang akan datang.
“Langkah konkret yang dapat dilakukan adalah intervensi pada penyebab terjadinya stunting pada anak. Memperhatikan pemenuhan gizi calon ibu dan memantau perkembangan anak sejak lahir hingga beberapa bulan. Selain itu faktor lainnya menyangkut kesehatan dan gizi, hingga faktor pendukung seperti kebersihan lingkungan, ketersediaan air bersih hingga fasilitas MCK yang standar,” pungkasnya.