BANJARMASIN, metro7.co.id – Kabupaten Barito Kuala mencatat sejarah baru dalam sektor pertanian dengan keberhasilan panen padi apung yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani Bunga Padi di Desa Sampurna, Kecamatan Jejangkit.

Inovasi ini merupakan hasil dari Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) tahun 2023, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan pendapatan petani setempat.

Kepala Perwakilan BI Kalsel, Fadjar Majardi menjelaskan, panen padi apung ini adalah solusi atas tantangan geografis yang dihadapi oleh petani lokal, terutama ketika musim hujan menyebabkan lahan pertanian sering tergenang air.

“Budidaya padi apung ini diharapkan mampu meningkatkan frekuensi penanaman padi menjadi minimal dua kali dalam setahun, serta secara signifikan meningkatkan hasil produksi,” ujar Fadjar.

Proyek ini menggunakan media styrofoam sebagai penopang tanaman, dengan total 300 unit styrofoam yang digunakan untuk budidaya padi apung.

Bank Indonesia tidak hanya menyediakan sarana dan prasarana seperti styrofoam, benih, pupuk, dan pestisida, tetapi juga memberikan pelatihan manajemen budidaya kepada para petani melalui pendekatan capacity building. Tujuannya adalah agar teknologi baru ini dapat diterapkan secara efektif dan efisien oleh petani.

Hasil panen kali ini menunjukkan produktivitas yang sangat memuaskan, mencapai 7,9 ton per hektare. Angka ini jauh melampaui rata-rata hasil produksi metode konvensional yang hanya berkisar 3 hingga 3,5 ton per hektare.

Fadjar mengungkapkan, capaian ini memberikan harapan besar bagi pengembangan pertanian berkelanjutan di wilayah tersebut.

Keberhasilan program ini juga tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala, serta Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Jejangkit.

Sinergi yang terjalin antara lembaga-lembaga tersebut berperan penting dalam pendampingan dan penyuluhan kepada petani.

Inovasi padi apung ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia yang memiliki tantangan geografis serupa, sekaligus menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan petani.

Fadjar menutup dengan optimisme bahwa metode ini akan membawa perubahan positif bagi masa depan pertanian di Indonesia.

“Kami berharap, inovasi ini dapat terus berkembang dan menjadi contoh yang diadopsi di berbagai daerah untuk meningkatkan kesejahteraan petani secara keseluruhan,” tutupnya.