BANJARMASIN, metro7.co.id – Jadwal tahapan kegiatan penjaringan bakal rektor Universitas Islam Antasari (UIN) Antasari Banjarmasin, periode 2021-2025 mulai disosialisasikan.

Pemilihan rektor itu didasari peraturan Menteri Agama Nomor 68 Tahun 2015, tentang pengangkatan dan pemberhentian Rektor/Ketua pada Perguruan Tinggi Keagamaan.

Diselenggarakan oleh pemerintah dan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Nomor 7293 Tahun 2015 tentang pedoman penjaringan, pemberian pertimbangan dan penyeleksian Rektor/Ketua Perguruan Tinggi Keagamaan.

Berkaitan hal tersebut, Rafi’i seorang mahasiswa UIN Antasari yang juga aktivis Banjarbilitas berharap, rektor yang akan terpilih nanti adalah orang yang peka dan ramah terhadap penyandang disabilitas. Karena menurutnya selama berkuliah di UIN Antasari, kampus terlihat belum aksesibel terhadap penyandang disabilitas.

“Dari informasi pendaftaran bakal rektor yang kami lihat di akun instagram UIN Antasari, kami sangat berharap rektor yang terpilih nanti adalah pribadi yang punya visi misi yang inklusif. Sebagai kampus Islam, UIN Antasari harus inklusif dan akses terhadap semua bentuk keragaman mahasiswanya, salah satunya kelompok minoritas seperti kami ini,” ujarnya.

Selain itu mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ini juga berharap, masjid yang ada di lingkungan kampus ramah terhadap penyandang disabilitas.

“Setidaknya ada guiding block atau tangga landai yang tersedia bagi mahasiswa penyandang disabilitas pengguna kursi roda, ataupun masyarakat kampus dan lingkaran kampus yang sudah masuk usia Lansia, selama ini masih belum ada,” ujar penyadang disabilitas daksa ini.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Fahmi Azhari, yang juga seorang penyandang disabilitas daksa. Dia berharap jabatan rektor UIN Antasari yang batu nantinya, diisi oleh orang yang perhatian terhadap penyandang disabilitas.

Karena menurutnya banyak penyandang disabilitas yang disuruh untuk mengenyam pendidikan, tetapi setelah lulus sedikit orangtua yang mengarahkan anak mereka untuk melanjutkan kuliah karena banyak kampus yang masih tidak ramah penyandang disabilitas.

“Kami juga berharap nantinya ada Unit Layanan Disabilitas di kampus, agar kampus tidak hanya menerima mahasiswa yang penyadang disabilitas daksa saja, tetapi juga teman-teman kami yang tuli, netra, cerebral palsy dan lainnya seperti apa yang dilakukan oleh Pusat Layanan Difabel (PLD) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,” harap mahasiswa jurusan Tafsir Hadist Fakultas Ushuluddin dan Humaniora itu. ***