Barabai — Perubahan mindset memandang sampah sebagai barang yang jijik, sepertinya tidak berlaku lagi. Seiring perkembangan zaman dan kreatifitas yang makin tinggi, seonggok sampah bisa menjadi ‘emas’ yang menghasilkan uang serta mampu mensejahterakan keluarga. Itu diperkuat dengan kehadiran bank sampah.
“Sudah ada cerita seperti mahasiswa yang usai kuliah pulang mengumpulkan botol dan berhasil menyelesaikan pendidikannya. Sampai saat ini masih memungut sampah dan sukses,” kata Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion Kalimantan, Kementerian Lingkungan Hidup RI, Ir Tuti Hendrawati Mintarsih, saat hadir secara mendadak ke Barabai dan langsung membuka Sosialisasi Pengelolaan Sampah, di ruang pertemuan Hotel Madani Syariah, Senin (28/10) lalu.
Paradigma baru dalam pengelolaan sampah, ujarnya, penting diketahui seperti mengurangi sampah (reduce), memanfaatkan kembali (reuse), dan mendaur ulang (recycle) melalui bank sampah. Contohnya, sampah berasal dari rumah tangga, paling harus memilah sampah kering dan basah. Sampah kering bisa dijual ke bank sampah dengan harga yang bernilai tinggi, sedangkan sampah basah bisa jadi kompos.
Menurut Tuti Hendrawati Mintarsih, salah mengurus sampah bisa jadi sumber konflik. Tak jarang terjadi masalah mengemuka dari kekeliruan penataan sampah, selain kasus yang pernah jadi isu nasional. Banyak kejadian kecil seperti sampah yang dibakar dan mengakibatkan warga lain yang mencium asap menjadi marah. Bahkan, sampah juga jadi potensi bencana.
Sedangkan Kepala BPLH HST, H Akhmad Tamzil, mengatakan pihaknya menyiapkan lima bank sampah di lokasi berbeda dan semua digerakan oleh personil dan keluarga besar BPLH HST. Bank sampah itu antara Bank Sampah Murakata, Transfer Depo, Telang, Batung Permai, dan Veteran Pagat.
Bank Sampah kini jadi instrument alternatif paling baik mendorong masyarakat memilah sampah pada sumbernya sehingga dapat dikelola lebih lanjut. “HST masih menyimpan potensi bank sampah yang besar seperti pondok pesantren dan bisa bekerjasama dengan PKK yang jaringannya sampai ke desa,” pungkasnya.
Paradigma lama pengelolahan sampah adalah Kumpulkan, angkut, buang dan bakar. Sementara paradigma baru adalah prinsip 3R
Reduce (mengurangi sampah dari sumbernya), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (mendaur ulang).
Hingga saat ini Bank Sampah di Indonesia berjumlah 1.195 unit, jumlah penabung 96.203 orang dan omzetnya Rp 15,1 miliar.
Sampah Organik yang dikelola tiap bulan 2,262 ton. AdvHumHST