PARINGIN- Tangan para siswa itu serentak bergerak menutup lubang hidung. Hal itu mereka lakukan karena ruangan tempat mereka berada memang berbau tak sedap. Aroma sampah dan ikan busuk menjadi satu. Melihat hal itu, petugas datang membawakan masker. Masker pun dikenakan, mereka bisa dengan lebih tenang memerhatikan apa yang sedang disampaikan oleh Fazlul Wahyudi, Research and Development Supervisor PT Adaro Indonesia.
Mereka sedang berada di Area Riset Paringin PT Adaro Indonesia, tempat di mana aktivitas pengolahan kompos dilakukan. Sedangkan yang disebut mereka adalah rombongan perwakilan guru dan siswa SMA 2 Amuntai serta beberapa staff Kantor Lingkungan Hidup Hulu Sungai Utara. Mereka datang ke wilayah kerja PT Adaro Indonesia khusus untuk mempelajari pembuatan kompos beberapa waktu yang lalu.
Kedatangan rombongan itu bukannya tanpa alasan. Tahun ini, sekolah mereka sedang dipersiapkan untuk menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri, sebuah konsep sekolah berbasis lingkungan. Oleh karena itu, kedatangan mereka adalah untuk memperkaya ilmu tentang lingkungan, khususnya pengolahan kompos.
Pelatihan singkat itu sendiri terdiri dari dua sesi, teori dan kunjungan lapangan. Dalam sesi teori yang disampaikan oleh Ronny Tambunan, HSE Technical Section Head tersebut, peserta diajarkan mengenai konsep dasar kompos, kegunaannya, kelebihannya dibanding pupuk kimia, serta cara pembuatannya yang relatif mudah dilakukan.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kompos pun sangat mudah ditemukan, seperti sampah organik, kapur, kotoran sapi, nasi, serta gula merah. Dengan begitu, pembuatan kompos sangat mungkin dilakukan di lingkungan sekolah.
PT Adaro Indonesia sendiri telah melakukan praktek pengolahan kompos sejak tahun 2009. Setiap harinya, sebanyak 100 Kg sampah makanan dari kantin dibawa ke kompleks pengolahan tersebut untuk diolah menjadi kompos. Setelah dihancurkan dengan mesin pencacah, sampah-sampah itu kemudian dicampur dengan sampah daun, kapur, kotoran sapi, serta mikroba buatan. Dengan bahan-bahan seperti itu, tak ayal bau tak sedap menyerbak selama proses pembuatan kompos.
Selama kunjungan lapangan, selain diperlihatkan proses pembuatan kompos, mereka juga diajak melihat budidaya cacing, kolam ikan nila dan udang galah yang airnya bersumber dari air tambang, serta budidaya lebah yang digunakan untuk mempercepat proses penumbuhan tanaman di sekitar area reklamasi.
Edi Muryanto, guru SMA 2 Amuntai yang sekaligus menjabat sebagai ketua pelaksana program Adiwiyata di sekolah tersebut, mengaku sangat senang bisa berkunjung ke wilayah kerja PT Adaro Indonesia. Dirinya mengatakan, selama ini di SMA 2 Amuntai sudah pernah dilakukan percobaan pembuatan pupuk kompos, hanya saja proses dan bahan-bahan yang digunakan belum sesuai.
“Maklum, selama ini kami belajar sedikit-sedikit dari internet. Setelah melihat proses pembuatan kompos di sini, Insya Allah ilmu kami menjadi semakin kaya. Ilmu yang kami dapat hari ini akan segera kami terapkan di sekolah,” ujar Edi.Humas Adaro
Hari itu, bukan hanya para guru yang merasa “tercerahkan”, tapi juga para siswanya. Gazali, siswa kelas 12 yang mengikuti pelatihan hari itu, mengatakan dirinya merasa beruntung karena terpilih sebagai salah satu perwakilan siswa yang ikut. Menurut Gazali, setibanya di rumah, dirinya akan segera mencoba membuat kompos.
“Di samping rumah saya banyak pohon karet, jadi banyak daun-daun kering yang bisa diolah menjadi kompos. Saya sangat bersyukur bisa ikut hari ini, ilmunya tidak hanya bisa diterapkan di sekolah, tapi juga di rumah,” katanya.**