JAKARTA – Batik Tabalong dan Kerajaan Nan Sarunai menjadi topik utama persentasi Bupati H Anang Syakhfiani dihadapan tim penilai Anugerah Kebudayaan PWI Pusat, Kamis (09/01) di Gedung Dewan Pers, Jakarta.

Batik Tabalong bermotif ikon kebanggaan yaitu buah langsat. Namun, motif tidak sekedar itu saja, melainkan juga dimasukkan sejumlah ornamen suku banjar dan dayak yang menunjukkan adanya kebersamaan di tengah kemajemukan masyarakat Bumi Sarabakawa Tabalong.

Batik Tabalong dijelaskan Bupati Anang sebagai identitas daerah, di samping identitas – identitas lain yang saat ini tengah digali.

“Batik Tabalong adalah identitas kami, dan untuk menyatukan keheterogenan masyarakat sebagai warga Tabalong, sehingga tidak lagi merasa sebagai pendatang dari suku tertentu,” katanya dihadapan tim penilai Anugerah Kebudayaan PWI Pusat.

Kemudian Kerajaan Nan Sarunai adalah pemerintahan purba yang muncul dan berkembang di wilayah yang sekarang termasuk dalam daerah administratif Provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di Kabupaten Tabalong.

Kerajaan Nan Sarunai merupakan bagian awal dari riwayat panjang Kesultanan Banjar, salah satu pemerintahan kerajaan terbesar yang pernah ada di Kalimantan Selatan.

“Kerajaan nan Sarunai sudah ada sebelum kerjaaan Banjar. Nan Sarunai itu dulu wilayahnya meliputi Kalimantan yang sangat maju sebelum adanya kerajaan Banjar. Konsep kolaborasi tadilah, bagaimana memberdayakan daerah tetangga kita pakai untuk pengembangan ke depan dalam penyangga ibu kota Negara baru,” terang Anang.

Begitupula untuk mendukung seni budaya lanjut Anang, Pemda Tabalong juga memberikan ruang dan tempat dengan membangunkan panggung kesenian yang cukup besar.

Hal itu sebagai wujud kepedulian pemerintah daerah kepada para pegiat kesenian dan budaya untuk menyalurkan bakat dan kemampuannya.

“Tidak hanya itu, kami juga telah mencanangkan beberapa tempat sebagai Kampung Budaya antara lain Kampung Budaya Upau, Sialing dan Warukin,” imbuhnya. (metro7)