TANJUNG, metro7.co.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabalong, Rabu (24/6/2020) menggelar kegiatan rembuk Konvergensi Percepatan Penanganan Stunting (KP2S) di Aula Gedung Pusat Informasi Pembangunan Tanjung.

Kegiatan rembuk ini melibatkan berbagai elemen masyarakat yang terdiri para pejabat iselon II, III lingkup sekretariat daerah, kepala SKPD, Ketua Forum Kabupaten Sehat,Ikatan Bidan Indonesia, Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Baznas Kabupaten Tabalong, STIA,CSR PT.Adaro, Tim Penggerak PKK kecamatan, Camat, kepala Puskesmas, kepala desa/lurah.

Ketua Panitia Pelaksana rembuk konvergensi percepatan penanganan stunting Kabupaten Tabalong Tahun 2020, H.Abdul Muthalib Sangaji dalam laporannya menyampaikan sebagai nara sumber dalam kegiatan ini yang berhadir secara virtual Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan, Tim Konsultan INEY Bangda Kemendagri Samarinda serta Kepala Dinas PMD Provinsi Kalimantan Selatan.

Tujuan kegiatan rembuk stanting adalah menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan intervensi penurunan stunting, mendeklerasikan kometmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi, membangun kometmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara terintegrasi di Kabupaten Tabalong.

Bupati Tabalong, H.Anang Syakhfiani dalam sambutannya saat membuka secara resmi kegiatan rembuk mengatakan ada 4 gejala stunting, yang pertama anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, yang kedua proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tersebut nampak terlihat lebih muda dan kecil untuk seusianya, ketiga berat badan rendah untuk anak seusianya, dan keempat pertumbuhan tulang tertunda.

“Ini artinya stunting itu tidak bisa hanya kita lihat dari tinggi badan saja ternyata juga pertumbuhan pisik dan watak.
Ada beberapa penyebab stunting yang pertama adalah kurang gizi kronis dalam waktu lama, kedua retardasi pertumbuhan intra oltrain, ketiga tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, keempat perubahan hormon yang dipicu oleh stres, kelima sering menderita infeksi diawal kehidupan seorang anak,” katanya.

Melihat gehala-gejala tersebut sebetulnya kalau dikaitkan dengan kinerja penanganan stunting di Tabalong maka daerah ini selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Mengingat Kabupaten Tabalong masih berada diatas 30 % bahkan ada beberapa desa yang lebih diatas 30 %, angka tertinggi stunting ada di Kecamatan Muara Uya disusul Kecamatan Tanjung dan Murung Pudak dan Haruai.

“Kalau angka stunting kita kaitkan dengan IPM sebetulnya angka stunting Tabalong tidak lebih rendah dari 30 %,” katanya.

Sebagaimana diketahui kasus stunting menjadi permasalahan yang dihadapi berbagai negara didunia termasuk Indonesia, data membuktikan berdasarkan hasil riset kesehatan dasar menunjukan penurunan prevalensi stunting ditingkat nasional sevesar 6,4 % selama priode 5 tahun, yaitu dari 37,2 % pada tahun 2013 dan menjadi 30,8 % pada tahun 2018.

Oleh karenanya pemerintah daerah tentunya memerlukan keseriusan dan upaya bersama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Tabalong dimana sebagai salah satu indikator pembangunan berkelanjutan di Indonesia menekan angka kematian ibu dan bayi serta percepatan pencegahan stunting masih menjadi pekerjaan besar bersama yakni sebuah kerja bersama seluruh stakeholder yang berada di daerah Kabupaten Tabalong hingga ketingkat pusat. ***