TAPIN – Tak hanya dikenal dengan pesona Pasar Terapungnya, ternyata Kalimantan Selatan juga memiliki pesona alam lainnya berupa gua alami yang terletak di Desa Batu Hapu, Kecamatan Hatungun, Tapin, Kalimantan Selatan.

Batu Hapu masih menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan petualangan yang berburu spot-spot indah, karena gua ini dihiasi oleh stalagtit dan stalagmit di dalamnya.

Terlebih asal usul terjadinya Gua Batu Hapu ini masih menjadi misteri dan mitos bagi masyarakat lokal setempat.

Konon katanya, Gua Batu Hapu ini terbentuk dari pecahan kapal milik seorang anak durhaka kepada ibunya yang bernama Angui.

Ia dikutuk oleh ibu kandungnya, Nini Kudampai, seorang janda miskin. Kisahnya hampir sama dengan cerita legenda Malin Kundang, Angui yang sukses pergi merantau dan berhasil mempersunting seorang putri raja bernama Keling enggan mengakui ibu kandungnya ketika kembali ke kampung halaman.

Sang Ibu akhirnya murka dan kemudian mengutuk anaknya menjadi batu yang kini menjadi Gua Batu Hapu.

Namun dibalik kisah misterinya tersebut, keindahan Gua Batu Hapu tetap menarik untuk ditelusuri setiap jengkal keindahannya.

Berada di tengah-tengah pegunungan menjadikan suasana di sekitar gua terasa sejuk dan teduh.

Inilah yang menjadi kekuatan bagi gua yang harus ditempuh berjalan kaki menaiki puluhan anak tangga untuk dapat sampai menuju lokasi utama gua yang berada di tengah-tengah bukit.

Meskipun lokasinya berjarak 43 km dari Kota Rantau dan 154 km dari Kota Banjarmasin, namun ia tetap menjadi destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan ketika berkunjung ke Bumi Pangeran Antasari, Kalimantan Selatan.

Kesan pertama memasuki gua ini pengunjung seperti di bawa ke peradapan masa lampau.

Penjelajahan awal di mulut gua disambut dengan bebatuan runcing yang mampu menciptakan sebuah suasana yang berbeda dari yang lain sedikit menyeramkan karena gelap, namun ketika sinar matahari mulai masuk menyinari kegelapan gua ini barulah pengunjung dibuat takjub dengan hiasan stalagmit dan stalagtit di dalam.

Hal inilah yang menjadi alasan kuat mengapa banyak dari pelancong ingin sekali datang serta merasakan secara langsung keindahan yang ditawarkan oleh Gua Batu Hapu.

Seperti halnya Delegasi wisata Eropa yang jauh-jauh datang sekedar berburu foto ekslusif dibalik keindahan tersembunyi ini.

“Saya langsung disambut dengan udara yang sangat sejuk sekali karena berada di daerah pegunungan. Is wonderfull Keindahan perut bumi ini akan membawa membawa kita layaknya seorang penjelajah di Tomb Rider atau bahkan Indiana Jones.Batu Hapu harus tetap dijaga keindahannya, sebab ini termasuk keindahan perut bumi ini betul betul asli dan bagus juga untuk bahan penelitian ahli geologi, “ ungkap Danis, salah satu anggota delegasi wisata Eropa, asal Rusia, Sabtu (23/11).

Danis sendiri mengungkapkan kekagumannya terhadap salah satu wisata lama yang masih menyimpan pesona alam penuh petualangan.

Goa Batu Hapu merupakan sebuah goa karst yang luas dengan mulut goa yang besar.

Sejumlah wisatawan Belanda seperti Andrew dan Sharon Reyes, mengaku takjud melihat dari dekat susunan batu kapur berbentuk kerucut yang berdiri tegak di lantai gua (stalagtit) dan batangan kapur yang terdapat pada langit-langit goa dengan ujung meruncing ke bawah( stalaktit ) yang terbentuk secara alami sungguh memukau.

Dari langit-langit goa yang berlubang ini, cahaya matahari menembus masuk, menjadi spot foto menarik.

“Batu Hapu menawarkan sesuatu banget.Kami serasa seperti masuk ke dalam ruangan megah zaman purba. Wisata seperti ini harus dikelola dengan baik dan memberdayakan masyarakat. Ini akan kami infokan ke Eropa bahwa ternyata Kalimantan Selatan itu masih menyimpan keindahan lewat wisata petualangan selain Pasar Terapung dan Loksado,” terang Sharon Reyes, salah satu owner tv swasta Belanda, yang ikut petualangan menjelejah ke Gua Batu Hapu.

Meskipun mendapat apresiasi wisatawan, sayangnya satu hal yang mengurangi keindahan dari gua ini yakni sejumlah vandalisme terdapat di beberapa batu dan fasilitas lainnya di sekitar lokasi. Tak hanya itu arah penunjuk jalan menuju lokasi ini sejak di Kota Binuang, Tapin tak terlihat, sehingga bagi wisatawan yang pertama kali menuju objek wisata melegenda ini bakal kesasar.

“Memang tanda arah yang kami pasang di sejumlah titik banyak hilang. Karena keterbatasan dana, kami belum bisa membuat tanda arah yang baik. Kami beberapa kali meminta bantuan ke Dinas Pariwisata Tapin, namun belum terealisasi. Makanya perlahan nantinya kami benahi, “ ucap Subianto, pengelola Objek Wisata Gua Batu Hapu. (metro7/rst/nrl )