TANJUNG, metro7.co.id – Peningkatan kapasitas kader dalam pentingnya peran suami untuk Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada gempur stunting tingkat kabupaten Tabalong tahun 2021 dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan keluarga, khususnya suami juga masyarakat dalam pemenuhan hak ibu dan anak pada pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak terutama pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Hal itu disampaikan, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Rapolo Manik dalam laporannya pada kegiatan peningkatan kapasitas kader dalam pentingnya peran suami tingkat kabupaten Tabalong tahun 2021, Senin (21/06/2021) yang diselenggarakan di Gedung Saraba Kawa Tanjung.

Dalam kegiatan ini melibatkan 52 orang kader kesehatan desa dan kelurahan lokus stunting, dan TP PKK kabupaten Tabalong.

Ravolo Manik menguraikan, kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai satu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

“Dalam pengukuran indeks pembangunan manusia, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan,” ujarnya.

Lanjut, perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-oreventif dibandingan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik kebijakan dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang menitik beratkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit.

“Upaya kesehatan dimasa datang harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif, sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang cukup,” lanjutnya.

Kemudian, gizi salah satu komponen yang harus dipenuhi suatu bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, balita yang mengalami kekurangan gizi kronis akan mengalami stunting.

Anak stunting memiki panjang badan atau tinggi badan dibawah standar pertumbuhan anak normal seusianya.
Kejadian stunting tidak hanya bersifat antar generasi atau dari ibu ke anak, tetapi bersifat transgenerasi dari nenek ke cucunya sehingga diperkirakan dampaknya mempunyai kurun waktu 100 tahun.

“Artinya resiko tersebut berasal dari masalah yang terjadi sekitar 100 tahun yang lalu dan dampaknya akan berkelanjutan pada 100 tahun berikutnya, hal ini menjadi indikasi bahwa setidaknya pada dua generasi yang akan datang kualitas SDM Indonesia secara umum tidak akan membaik, kecuali dilakukan upaya efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut,” katanya.

Dukungan masyarakat terutama suami atau keluarga sangat membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Peran suami untuk mendukung keberhasilan IMD dan menyusui dapat dimulai sejak masa kehamilan yaitu dengan meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan.

Sekretaris Daerah Tabalong, H A Muthalib Sangadji saat membuka secara resmi kegiatan ini juga menyampaikan materi tentang betapa pentingnya menjaga kesehatan ibu dan anak.
Dijelaskannya, bahwa peran seorang suami harus bisa benar-benar memperhatikan dan memberikan dukungan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, bahkan pada saat kehamilan dan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan.

Dukungan dan keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan membantu keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk bayi dan juga pemenuhan gizi untuk ibu .

“Jadi, yang namanya hidup kita harus memikul beban, baik laki-laki maupun bagi perempuan. Bagi seorang suami adalah yang memikul beban tanggung jawab terhadap istri dan anak termasuk untuk menciptakan kualitas hidup anak.*