Tempo Tak Dusta KPK Main Jegal
Oleh: Kadarisman
(Presidium Majelis Daerah KAHMI Tabalong)
Kredibilitas KPK sedang dipertaruhkan. Ada indikasi muslihat sedang akan dimainkan. Anies Baswedan akan ditersangkakan. Dengan begitu jalan capres pihak tertentu menjadi ringan. Sebab, Anies adalah rival paling berat bagi siapapun capres 2024. Jika ingin mudah memenangkan pilpres 2024 bagaimana caranya Anies Baswedan jangan ikutan.
Beratnya melawan Anies dilawan di pilpres mendatang diakui oleh banyak pengamat politik. Bahkan pegiat media sosial yang juga dosen UI Ade Armando yang selama ini selalu menjadikan pemerintahan Jokowi sebagai kiblatnya berpendapat bahwa kali ini dia harus realistic.
Ade Armando mengakui melakukan itung-itungan yang tidak terlalu rumit. Dirinya mengaku realistic jika Anies akan menang dengan kondisi tertentu. Apalagi jika pilpres 2024 yang dihadapi Anies adalah Prabowo, Puan dan Airlangga, maka Anies dapat menang dengan mudah.
Angka elektabilitas Anies terus bertumbuh. Tak dapat disangkal jika nama Prabowo, Ganjar dan Anies selalu bersisian dalam hasil beberapa lembaga survey. Angka elektabilitas Anis diyakini akan terus naik karena aspek keterkenalannya masih menyisakan ruang gerak yang lapang.
Di posisi dia belum begitu popular sebagaimana Prabowo misalnya, elektabilitasnya sudah meroket. Maka seiring popularitasnya makin meluas angka keterpilihannya semakin tinggi. Hal inilah yang menjadi alasan angka elektabilitas prabowo mentok dan tak bertumbuh, karena angka popularitasnya sudah mencapai 100%.
Fenomena Anies yang merajai ruang tiktok, medsos yang paling banyak digunakan publik saat ini mau tak mau meresahkan siapapun capres 2024. Apa yang terjadi di ruang medsos bisa jadi indikator penting untuk melihat suara arus bawah. Apalagi konstituen beberapa partai politik juga meminta partainya untuk mencapreskan Anies. Sebut saja misalnya partai PPP, PKS, Demokrat, Nasdem dan PAN.
Kuatnya arus bawah menginginkan Anis dicapreskan ditambah lagi faktor manuver KPK yang dinilai bermain politik membuat Partai Nasdem mengumumkan Anies Baswedan sebagai capres. Pencapresan kepada Anies menjawab jika Nasdem pun percaya atas fakta-fakta yang diungkapkan oleh Tempo, walau Surya Paloh sang Ketum Nasdem mengatakan tidak ada kaitannya. Setelah Nasdem, Demokrat dan PKS pun akan melakukan hal sama. Tiket kontestasi sudah melampaui presidential threshold.
Koran Tempo mengungkap fakta jika ada indikasi terang KPK terlibat kepentingan politik pemilik akses kekuasaan menjegal Anies. Tulisan di Koran Tempo mengungkap “Manuver Firli Menjegal Anies” cukup sulit dijawab KPK ketika hendak dikonfirmasi saat itu. KPK baru menemukan cara mengklarifikasi ke media massa lainnya setelah Tempo menurunkan hasil produk jurnalistiknya. Ada ruang mengkondisikan apa yang hendak dibantah.
Publik percaya bahwa temuan Tempo telah melewati uji pemberitaan dan cover both side. Namun pihak KPK tak dapat membantah secara tegas kepada Tempo. Firli Bahuri, Alexander, Nurul Ghufron, dan Karyoto belum menjawab pertanyaan TEMPO saat dimintai konfirmasi tentang temuan tersebut.
KPK malah melempar agar Tempo mengonfirmasi ke pelaksana tugas juru bicara KPK, Ali Fikri, atau kepada pimpinan yang membawahkan penindakan, yaitu Alex, atau langsung ke Ketua KPK Firli Bahuri. Namun lagi lagi Ali Fikri pun tak merespon ruang kesempatan itu.
Indikasi KPK mengganjal Anies seperti tak dapat disangkal. Publik tahu Tempo bukan entitas pers sembarangan. Integritas Tempo begitu kuat. Eksistensinya sebagai pers telah diuji oleh waktu dari rezim ke rezim. Tempo membuktikan dirinya sebagai pers independen yang tak pernah berkompromi mengungkap fakta-fakta terselubung sekalipun harus bersinggungan dengan kekuasaan, preman ataupun oligarki.
Kuatnya Tempo memegang nilai-nilai pers yang sejati membuat media tersebut pernah dibredel penguasa pada masa orde baru pada tahun 1994. Tempo tidak pernah kendur menjadikan dirinya sebagai kontrol bagi kekuasaan dan menjaga nafas demokrasi baik dulu hingga sekarang.
Konsistensi Tempo tidak saja berhadapan dengan penyelenggara negara, tapi juga kalangan preman dan oligarki. Tahun 2013 kantor Tempo diserang kelompok preman sebagai alasan ketidakmampuan menyeimbangi fakta-fakta yang diungkap oleh Tempo.
Tempo juga pernah berhadapan dengan Tomy Winata dalam rentang waktu yang cukup panjang. Serangan atas Tempo kerap terjadi dan berulang mulai dari cara-cara konvensional hingga peratasan. Tapi Tempo sama sekali tak pernah mundur. Prinsip pendiri Tempo Goenawan Mohammad adalah: “Kita boleh kalah tapi tak boleh takluk.”
Melihat jejak rekam Tempo, susah untuk mengatakan apa yang diungkap media tersebut adalah tidak benar. Tempo tidak dusta KPK main jegal. Tetapi KPK memiliki ruang waktu membuktikan bahwa mereka bekerja atas asas hukum, bukan kekuasaan.
Kepercyaan publik sejak kepemimpinan KPK sekarang merosot. Berbagai lembaga survey mengungkapkan KPK tidak masuk dalam 3 besar lembaga yang dipercaya. KPK berada di urutan ke 8 menurut Survei Indikator Politik Indonesia. Padahal tahun 2019 KPK pernah menempati urutan pertama sebagai lembaga paling dipercaya.
Publik tentu berharap KPK dapat meringkus politisi Harun Masiku yang raib tiada kabar lalu membuka tabir kepalsuan elit partai pengendali di eksekutif daripada bermuslihat menekan penyidik dan meminta BPK melakukan sesuatu untuk memaksakan mentersangkakan Anies, lalu merusak alam demokrasi yang menjadi hajat kedaulatan rakyat dalam menentukan pemimpin terbaik masa depan bangsa ini.*