Tingkatkan Pendapatan Masyarakat, Bank Indonesia Latih Petani Budidaya Ikan Lewat Bioflok
BANJARBARU – Bantu peningkatan pendapatan masyarakat, Bank Indonesia menyelenggarakan Pelatihan Budi Daya Ikan Papuyu dengan system Bioflok, Minggu, (16/02).
Peserta latihan adalah Kelompok Tani dan Kelompok Sadar Inflasi serta wartawan ekonomi yang tergabung dalam Pokja UMKM wartawan Kalsel. Pelatihan diadakan di Edupark Bumi Tangi Bank Indonesia Jalan A yani km 23,3 Banjarbaru.
Sebagai narasumber adalah Hilmi Arifin Konsultan pengembang BIOFLOK di Kalimantan Selatan. Diakui diseluruh Kalimantan teknologi ini baru dikembangkannya pada 2017 tadi.
Bahkan teknologi sistem Bioflok budi Daya Ikan Papuyu pertama di Indonesia.
Dikatakan Hilmi, pembudidayaan system Bioflok ini sangat menguntungkan bagi para petani .
Selain tidak memakan tempat, pemberian pakan pun sangat ekonomis bisa ditekan sampai dengan 30-40%. Kemudian tempat pemeliharaan ikan cukup dengan terpal yang di sangga oleh besi berdiameter 2m dengan ketinggian air sekitar 80cm bisa menampung bibit ikan sebanyak 1500-2000 ekor. Sedangkan untuk Kovensional maksimal hanya bisa diisi 300 ekor bibit.
Kelebihan lainnya disebutnya adalah tidak memakan tempat yang luas cukup dengan sisa tanah ukuran 3×2 m pembudidayaan ikan papuyu sudah bisa dilakukan. Air juga hemat karena tidak sering mengganti air seperti pada kolam-kolam ikan konvensional.
“Nilai jual Ikan Papuyu ini kami anggap cukup bagus sehingga masyarakat bisa belajar dan mengangkat perekonomian mereka dengan modal yang cukup ekonomis,” katanya.
Bahkan Ikan papuyu disebutnya sangat diminati juga di Thailand, dan pemasaran hasil ikan papuyu siap dibeli pihak Thailand sebanyak 5 Ton perbulannya.
Diungkapkannya sudah ada 36 Angkatan yang sudah di latih untuk budi daya ikan air tawar ini, bukan hanya ikan papuyu, tetapi ikan lele, ikan patin dan ikan Gabus yang mulai dikerjakan.
Ada sekitar 2.300 orang yang sudah bergabung untuk budidaya ikan air tawar menggunakan sistim Bioflok ini tersebar diseluruh Kalimantan Selatan.
“Mereka rata-rata sudah berhasil melaksanakan sistim ini sekitar 70%, sedang tingkat ketidak berhasilan sangat minim,” imbuhnya. (metro7/ed/nrl)