Udara Sudah Masuk Kategori Tidak Sehat di Wilayah Banjarbaru dan Sekitarnya
BANJARBARU, metro7.co.id – Warga Kota Banjarbaru dan sekitarnya diimbau agar selalu menggunakan masker ketika hendak ke luar rumah.
Berdasarkan Hasil Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang dikeluarkan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru pada 20 September, kualitas udara di Banjarbaru saat ini cukup mengkhawatirkan.
Hasil ISPU ini diukur di kawasan Bandara Syamsudin Noor pada 18 hingga 19 September 2019. Tercatat, indeks pencemaran maksimum PM 10 atau partikel dengan diameter 10 mikrometer berada di level 200. Angka tersebut menunjukkan bahwa udara di Banjarbaru sudah sangat tidak sehat.
Indeks pencemaran maksimum sendiri dari 0 hingga 500. Jika, indeks 0-50 maka udara dianggap baik. Lalu, 51-100 berarti sedang. Namun, jika sudah masuk ke level 200-299, maka kualitas udara sangat tidak sehat dan 300-500 masuk kategori berbahaya.
Sangat tidak sehatnya kualitas udara di Banjarbaru dibenarkan oleh Kepala Seksi Tata Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Banjarbaru, Rusmilawati. Dia mengaku sudah menerima data ISPU dari BBTKLPP Banjarbaru itu.
“Iya, ini angkanya benar. PM-10 di lokasi pengukuran, yakni di kawasan Bandara Syamsudin Noor indeksnya 200. Artinya sudah sangat tidak sehat,” katanya.
Dia mengungkapkan, pengukuran itu dilakukan oleh Dinas LH Banjarbaru bersama BBTKLPP Banjarbaru untuk mengetahui bagaimana kualitas udara di Kota Idaman.
“Tapi hanya parameter PM-10 yang indeksnya tinggi. Sedangkan parameter lain, seperti SO2, NO2, O3 dan CO hasilnya bagus,” ungkapnya.
Meski begitu, Mila menyampaikan bahwa tingginya indeks standar pencemaran udara maksimum PM 10 harus diwaspadai masyarakat. Sebab, terpapar PM-10 secara langsung sangat tidak baik bagi kesehatan.
“Efeknya ada pada pernapasan dan sistem pernapasan. Lalu, kerusakan jaringan paru-paru, kanker, hingga kematian dini. Orang tua, anak-anak, dan orang-orang dengan penyakit paru-paru kronis dan asma, sangat sensitif terhadap efek PM 10 ini,” ujarnya.
Tingginya indeks PM 10 sendiri menurutnya dikarenakan pekatnya kabut asap dalam beberapa pekan terakhir. “Kalau asapnya menipis, indeks PM 10 juga akan menurun,” ucapnya.
Sementara itu, tidak sehatnya kualitas udara di Banjarbaru ini pun disebut sebagai pemicu meningkatnya kasus ISPA di Banjarbaru. Dinas Kesehatan Kalsel mencatat, penderita ISPA di Kota Idaman pada Agustus meningkat 29 persen dari bulan sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel Muslim menjelaskan, rata-rata warga yang terserang ISPA mengeluh batuk dan sesak nafas. Lantaran sering beraktifitas di luar rumah saat kabut asap.
“Oleh Karena itu, kami minta agar masyarakat sebisanya mengurangi aktifitas di luar rumah. Sebab, kualitas udara kita sekarang sangat mengkhawatirkan diakibatkan oleh kabut asap,” jelasnya.
Kalaupun harus keluar karena ada kepentingan mendesak, dia meminta supaya masyarakat untuk menmakai masker. “Kami juga sudah membagikan puluhan ribu masker di beberapa titik,” ucapnya.
Selain itu, Muslim juga mengimbau, supaya masyarakat memperbanyak minum air putih. Serta, menjaga kebersihan lingkungan sekitar. “Kalau ada makanan yang terpapar debu bekas kebakaran yang berterbangan, usahakan tidak usah dimakan,” imbaunya.
Untuk mengantisipasi bertambahnya penderita ISPA, Dinkes Kalsel sudah membuka pelayanan kesehatan selama 24 jam. “Untuk daerah-daerah yang parah, yang tinggi kasus ISPA, kita minta Puskesmas di sana buka 24 jam,” pungkas Muslim.