KOTABARU, metro7.co.id – Tradisi membubur Asyura atau membuat bubur Asyura tidak asing lagi bagi warga Kotabaru. Rutin setiap bulan Muharam warga selalu melaksanakan.

Tradisi ini dilakoni bukan hanya memperingati 10 Muharam dalam kalender Hijriah, namun dari prosesnya mengajarkan masyarakat untuk saling berbagi berkah dan menjaga jalinan silaturahmi kepada sesama.

Terlihat ibu -ibu di RT 04, gang Wartel, Desa Semayap, Pulau Laut Utara, penuh keakraban bergotong-royong membuat bubur Asyura. Warga yang secara sukarela memberikan bantuan berupa bahan-bahan untuk pembuatan.

“Alhamdulillah di tahun ini kami bisa kembali membuat bubur Asyura bersama-sama. Ini sudah menjadi tradisi masyarakat kita,” kata Masrita, Sabtu (29/8/20).

Rita mengatakan setelah bubur jadi dibuat, akan dibagikan kepada semua warga yang ada di RT 04 agar bisa merasakannya.

“Intinya bukan menjalankan tradisi Asyura 10 Muharam, melainkan agar sesama masyarakat bisa saling berbagi dan terus menjaga tali silaturahmi. Meskipun berkumpul kami tetap menjalankan protokol Covid-19, sebagaimana anjuran pemerintah,” ujarnya.

Arbani warga lainnya menilai, tradisi membuat bubur asyura memang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat banjar yang ada di Kotabaru.

“Hal semacam ini harus kita jaga dengan baik, tujuannya bukan hanya ikut memperingati 10 Muharam tapi juga agar silaturahmi semua masyarakat dapat selalu terjaga dengan baik. Apalagi masyarakat juga dapat merasakan bubur Asyura tersebut tanpa memandang status dan golongan,” ucapnya. ***