WONOSOBO, metro7.co.id – Di Wonosobo, harmoni beragama memancarkan cahaya keberagaman, di mana mayoritas penduduknya menganut Islam sementara minoritas memeluk agama-agama lain. Kebijakan inklusif pemerintah dan peran penting pemuka agama membentuk landasan kokoh bagi kerukunan beragama, (13/12/2023).

Dari kuatnya toleransi dan dialog antaragama hingga nilai-nilai inklusif yang terwariskan dari generasi ke generasi, Wonosobo meneguhkan posisinya sebagai model harmoni lintas keyakinan di tengah keragaman agama.

Moderasi beragama adalah proses mema- hami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya.

Pernyataan Staf Khusus Menteri Agama, Wibowo Prasetyo, mengenai praktik terbaik kerukunan umat beragama yang terbangun di Kabupaten Wonosobo menyoroti keberhasilan daerah tersebut dalam memelihara harmoni antar pemeluk agama.

“Kabupaten Wonosobo, yang terkenal dengan iklimnya yang sejuk, telah membangun masyarakat yang harmonis dengan adanya sikap saling hormat antar umat beragama,” kata Wibowo dalam Keterangan pers pada acara Media Gathering Program Legacy Pusat Bimbingan dan Pendidikan Konghucu pada Sabtu 9 Desember 2023.

Penting untuk dicatat bahwa kabupaten Wonosobo berhasil meminimalkan konflik antar umat beragama dengan pendeteksian dan pencegahan potensi konflik sejak dini. Hal ini menunjukkan pentingnya informasi keagamaan yang disampaikan secara matang dan komprehensif kepada masyarakat.

“Apresiasi terhadap praktik kerukunan umat beragama yang telah terbentuk di Wonosobo menjadi penting sebagai contoh bagi daerah lain untuk memperkuat harmoni dan penghormatan antar pemeluk agama,” tandasnya.

Wonosobo memiliki populasi yang beragam dari berbagai keyakinan agama. Mayoritas penduduk Wonosobo menganut agama Islam, dengan jumlah penduduk sebanyak 914.405 orang ditahun 2022.

Selain Islam, terdapat minoritas agama lainnya, seperti Katolik dengan jumlah 3.352 orang, Kristen dengan jumlah 5.255 orang, penganut agama Budha sebanyak 585 orang, dan penganut agama Hindu sekitar 153 orang. Terdapat juga sejumlah kecil dari kelompok dengan keyakinan lain yang mencapai 43 orang. Total keseluruhan penduduk Wonosobo berdasarkan data agama ini mencapai 923.793 orang.

Diagram Data penduduk Berdasarkan Agama di Wonosobo Tahun 2022. (Diagram/BPS Wonosobo).

Meskipun mayoritas penduduk memeluk agama Islam, Wonosobo dikenal sebagai daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan kerukunan antarumat beragama. Keberagaman agama ini tercermin dalam kehadiran dan keberagaman tempat ibadah di Wonosobo yang mendukung praktik keagamaan dari berbagai keyakinan tanpa hambatan.

*Perjalanan Sejarah Keberagaman Agama di Wonosobo*

Wonosobo, sebuah kabupaten di Jawa Tengah, memiliki sejarah panjang terkait dengan keberagaman agama sejak masa pendiriannya.

Pengaruh agama-agama tradisional, seperti kepercayaan animisme dan dinamisme, menjadi bagian awal dari keragaman agama di daerah ini.

Selain itu, pengaruh kuat agama Hindu-Buddha pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno juga memengaruhi aspek budaya, sosial, dan arsitektur di wilayah ini. Islam masuk pada abad ke-15 melalui perdagangan dan tokoh agama, kemudian menjadi salah satu agama dominan.

Seiring waktu, agama-agama lain seperti Kristen (Katolik dan Protestan) juga memasuki Wonosobo, menambah keragaman agama yang ada.

Wonosobo dikenal dengan kerukunan antarumat beragama yang harmonis, yang menjadi bagian turun-temurun dari tradisi masyarakatnya, menciptakan lingkungan di mana berbagai agama dapat hidup berdampingan tanpa konflik yang signifikan.

Berbagai komunitas agama pertama kali tiba di Wonosobo melalui jalur perdagangan, migrasi, dan mungkin juga karena pengaruh pemerintahan pada masa lalu. Pedagang, migran, dan pengaruh pemerintahan membawa ajaran agama mereka, yang kemudian diperkenalkan kepada masyarakat lokal.

Interaksi awal antar berbagai agama ditandai oleh proses saling mengenal, adaptasi budaya, dan pertukaran nilai-nilai keagamaan yang menjadi bagian dari sejarah perkembangan masyarakat Wonosobo.

Sayangnya, informasi spesifik tentang detail interaksi ini sering kali tidak terdokumentasi secara rinci dalam sumber sejarah yang tersedia.

Pembangunan harmoni kehidupan beragama di Wonosobo didasarkan pada toleransi tinggi terhadap perbedaan keyakinan, dialog terbuka antarumat beragama, dan peran aktif pemerintah serta lembaga keagamaan.

Interaksi yang inklusif, penghormatan terhadap tempat ibadah, pendidikan yang mengedukasi tentang toleransi, dan pencegahan konflik juga menjadi elemen kunci.

Wonosobo berhasil menciptakan fondasi kuat dengan menggalakkan nilai-nilai toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta dialog yang terbuka, memungkinkan terwujudnya harmoni dalam keberagaman agama di masyarakatnya.

Di Wonosobo, Kyai Ahmad Dahlan, melalui ajarannya tentang toleransi dan kesederhanaan dalam menjalankan ajaran Islam, memengaruhi pemahaman umat Islam dan menginspirasi pemeluk agama lain untuk membangun kerukunan. Keberadaan tempat ibadah yang berdampingan secara damai mencerminkan kerukunan antaragama yang telah terbentuk dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, peran pemuka agama lokal dari berbagai keyakinan juga signifikan dalam mempromosikan dialog antarumat beragama dan menegaskan nilai-nilai toleransi, memperkuat harmoni antaragama yang terjaga hingga saat ini di Wonosobo.

*Transformasi Moderasi Beragama dalam Dinamika Sejarah Wonosobo*

Di Wonosobo, konsep moderasi beragama berkembang seiring waktu berkat tradisi toleransi yang kuat, peran pemuka agama moderat, upaya pendidikan yang mengedukasi tentang nilai-nilai toleransi dan inklusi, serta keterlibatan aktif pemerintah dalam mempromosikan kerukunan beragama melalui kebijakan inklusif.

Interaksi terbuka antarumat beragama juga turut memperkuat pemahaman bersama. Semua faktor ini berkontribusi dalam membentuk konsep moderasi beragama di Wonosobo, di mana masyarakat telah menginternalisasi nilai-nilai toleransi, inklusi, dan saling menghormati, membentuk lingkungan yang menghargai dan memelihara kerukunan antarumat beragama secara berkelanjutan.

Nilai-nilai toleransi dan kerukunan agama di Wonosobo terpelihara dari generasi ke generasi melalui pendidikan keluarga, peran institusi pendidikan dan agama, serta dalam tradisi adat dan kebudayaan lokal. Sekolah dan lembaga keagamaan memainkan peran penting dalam menguatkan pemahaman tentang kerukunan. Pendidikan nilai-nilai toleransi yang ditanamkan sejak dini dan partisipasi pemuka agama dalam membangun dialog antaragama membantu memperkuat toleransi lintas keyakinan.

Selain itu, pengalaman sejarah dan keberhasilan masyarakat dalam menjaga harmoni antaragama juga berperan dalam membentuk kesadaran kolektif. Masyarakat Wonosobo menjunjung tinggi nilai-nilai ini dan aktif meneruskannya kepada generasi muda sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas mereka. Dengan demikian, kerukunan agama di Wonosobo terus dipelihara dan diperkuat, menjadi pondasi kuat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Nilai-nilai toleransi dan kerukunan agama di Wonosobo tetap relevan dalam dinamika sosial, politik, dan budaya saat ini. Terimplementasinya nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, dukungan dalam pembangunan ekonomi, investasi, dan pariwisata, serta kebijakan inklusif yang mendorong dialog antaragama, semuanya menjadi pilar keberhasilan yang membawa stabilitas sosial.

Kesadaran akan pentingnya kerukunan juga tercermin dalam kebijakan politik dan budaya yang menghargai keberagaman serta dalam perayaan keagamaan bersama. Dengan dipertahankannya nilai-nilai ini sebagai panduan dalam berinteraksi dan kebijakan publik, Wonosobo terus memelihara harmoni lintas agama, menjadikannya landasan yang kokoh bagi perdamaian dan stabilitas masyarakat.

*Upaya Pemerintah Wonosobo dalam Perkuat Harmoni Lintas Agama*

Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, menekankan perlunya menjaga kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Wonosobo sebagai tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah. Saat menghadiri pengukuhan pengurus MUI, ICMI, DMI, Badko LPQ periode 2021-2026 Kecamatan Sukoharjo, beliau menyambut momentum tersebut sebagai langkah strategis untuk mempererat hubungan harmonis antar umat beragama dan pemerintah.

Afif Nurhidayat mendorong peran aktif dari berbagai organisasi keagamaan, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menjadi pelopor dalam menciptakan kehidupan yang aman dan damai serta memberikan pemahaman yang tepat terkait isu-isu aktual seperti vaksinasi, demi terciptanya masyarakat yang berkualitas.

Bupati juga mengajak Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan Badan Koordinasi Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (Badko LPQ) untuk berperan aktif dalam membentuk generasi penerus yang berkarakter.

Afif Nurhidayat menegaskan pentingnya kerjasama erat antara pemerintah dan organisasi keagamaan guna meningkatkan kualitas kehidupan umat beragama dan pembangunan daerah. Dengan demikian, pesan Bupati menggarisbawahi pentingnya kolaborasi semua pihak dalam menjaga kerukunan antar umat beragama serta membangun masyarakat yang lebih baik.

Komitmen Pemerintah dan Pemuka Agama dalam Mempromosikan Kerukunan Beragama
Peran pemerintah setempat di Wonosobo mencakup inisiasi kebijakan inklusif untuk mempromosikan dialog antaragama serta pembangunan tempat ibadah yang inklusif.

Mereka juga mengorganisir program dialog antaragama guna menciptakan platform bagi warga dan pemuka agama untuk berinteraksi dan memahami keberagaman. Di samping itu, pemuka agama memiliki peran krusial dalam memfasilitasi kerukunan umat beragama dengan melakukan advokasi tentang toleransi, mendidik umatnya tentang nilai-nilai inklusivitas, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan bersama lintas agama.

Kehadiran aktif dan kolaborasi antara pemerintah setempat yang proaktif dalam menciptakan kebijakan inklusif serta peran pemuka agama dalam advokasi, edukasi, dan partisipasi dalam kegiatan bersama, menjadikan keduanya sebagai fondasi utama dalam menjaga harmoni antarumat beragama di Wonosobo.

Pemerintah Wonosobo menerapkan kebijakan inklusif dengan membangun tempat ibadah yang terbuka bagi semua agama serta menginisiasi program dialog antaragama. Di samping itu, peran pemuka agama sangat penting dalam memperkuat kerukunan dengan mengadvokasi nilai-nilai toleransi dan kesetaraan melalui berbagai medium komunikasi, serta terlibat dalam kegiatan kolaboratif lintas agama. Melalui langkah-langkah ini, kerukunan dan moderasi beragama di Wonosobo terus diperkuat, menjadikan keberagaman agama sebagai pilar kekuatan dan kesatuan dalam masyarakat.

Wonosobo merupakan gambaran nyata harmoni lintas agama, mempertontonkan keselarasan dalam keragaman keyakinan. Dengan mayoritas menganut Islam, keberagaman agama di kota ini menciptakan fondasi yang kokoh bagi toleransi dan inklusivitas. Dari sejarah yang kaya hingga peran pemerintah dan pemuka agama, Wonosobo meneguhkan posisinya sebagai model kerukunan beragama yang berkelanjutan dan inspiratif.**